Wednesday, September 30, 2009

DURGA PURA IBU MAJAPAHIT DIKEMBALIKAN

Ketika Pratima Durga Dipendak Rektor Universitas Marhaen / Mahendradata 26-09-2009 Lumpur Menyembur keluar setinggi 100 M di Gunung Dieng dimana terdapat Candi Semar / Sabdopalon, hari ini 30-09-2009 DR. Arya Wedakarna Rektor termuda di Dunia mengembalikan Pratima Durga Yang habis di Upacarai di Universitas Tertua di Bali dan Nusatenggara langsung Sumatra Barat diguncang Gempa 7,1 SR dan belum ada berita selanjutnya mengenai Gempa ini kita tunggu saja. Universitas Tertua ini dahulu bernama Marhaen, Karena di Era Orde Baru apa pun yang berbau Bung Karno di Haramkan, maka dirubahlah "MAHENDRADATA" sebuah nama indah, Beliau Adalah Ibu Nusantara yang melahirkan Prabu Airlangga Yang Pratimanya Berada didepan Ruko Puri Gading dan Pelinggih nya di GWK, Garuda Wisnu Kencana Patung Tertinggi Prabu Airlangga Raja Jawa Bali yang dimanivestasikan Dewa Wisnu Pemelihara Alam




Semesta Kepercayaan Hindu, Kerajaan - Kerajaan di Jawa termasuk Majapahit. Dewi Mahendradata sendiri dimanivestasikan Durga dan Banyak di Sungsung di Pura Pura di Bali khususnya Blahbatuh, Suaminya yaitu Prabu Udayana Manivestasinya belum jelas dan dipakai nama Universitas Udayana Bali. Sedang Prabu Airlangga juga dipakai nama Universitas Airlangga di Surabaya dan Paling nge Top saat ini. Sebuah Patung Batu Setinggi 3 M Prabu Airlangga menghiasi Musium Kadiri di Selomangleng Gunung Kelotok. Patung ini pernah di Kepruk / dihancurkan dan kini utuh tapi Banyak ditambal semen. Dalam Buku Sejarah Kadiri {Tan Koen Swie} disebutkan Sunan Bonang mengepruk Arca Durga di Kadiri, jelas ditulis Tangan / bahu kanan Sempal, Hingga kini masih bisa dilihat, Oleh Pemerintah R.I  Arca ini beberapa tahun silam diangkat dari Tanah dan diberi Pondasi 2M agar tidak dirusak tangan jahil. Bali bisa dilacak Arti Para Dewa Dewi ini, Bila Durga Manivestasi Ibunda Prabu Airlangga berarti Durga di Kadiri yang di Kepruk Sunan Bonang adalah Ibunda Prabu Airlangga, Lalu Arca Prabu Airlangga juga di Kepruk Yang juga Putra Durga apakah Sunan Bonang yang Ngepruk / Mukul dengan benda keras agar Arca Hancur masih diperlukan data. Memang Jawa sejak 500 berdirinya Kerajaan Islam rata-rata Arca, Candi, Tempat Leluhur dihancurkan. Tulisan, Lontar, Kitab Budha dll dibakar Orangnya Lari ke Gunung-Gunung, sekarang baru ketahuan Ke Lawu, Dieng, Bromo, Bali dll. Lalu Jaman Islam dibikinkan Mitos, Penduduk desa bikin Cerita Turun Temurun, Patung Durga di sebut Totok Kerot Putri yang Marah, mata melotot, Mulut Kerot kerot marah karena di Kepruk. Candi Patirtan Wilatikta, dinamakan Candi Tikus, Karena waktu di temukan banyak tikusnya.

     Demikianlah Karena 500 tahun ketidak tahuannya, ya begitulah "Ngawur" dan Pakar pun demi Agama Islam ikut Ngawur tidak berani sejujurnya, bahkan takut kalau sudah nyinggung Agama. Akhir nya Masyarakat tidak tahu menghargai Warisan Budaya nya yang Adiluhung, Kadang Penduduk masih Tidak lepas dari Adat Turun Temurun, Arca/Patung Kuna di Suguh da Bakari Kemenyan, hal ini membuat Berang Tokoh Agama Islam setempat. Aparat pun demi kesamaan Agama ikut melarang, 1965 Perusakan Penghancuran makin merajalela, dengan di Bunuh nya Orang Tukang Suguh Patung, dan Pelarangan / Pemberantasan Adat Nyuguh sangat Biadab. Peraturan Belanda Tentang Perlindungan memang dulu dipasang di setiap Candi Statblat 1921, tapi dianggap tinggalan Penjajah, Contoh Buku Tan Koen Swie YANG DILINDOENGI STB. 1912 No.600  FATSAL  11, dilarang beredar. Baru Awal 2009 Pura Ibu dikirimi Cicit Tan Koen Swie Bahwa Buku Kakek Moyang nya jadi "SEJARAH KADIRI" yang diakui, Belanda saja ngakui masak Kita tidak ngakui, Orang Jawa ber Otak Arab 500 tahun yan lalu jelas tidak ngakui bahkan dituduh melecehkan Islam terbukti pernah dilarag terbit. Negri ini memang Aneh Arab yang penduduknya Ratusan ribu, Oman malah 35.000 orang. Babu dan Budak Indonesia Banyak.  Jadi ironis kita dikalahkan 50.000 orang Arab Penduduk kita hampir 300.000.000,- Aneh tapi Nyata bahkan kita setor Trilyunan Dana Naik Haji, lha itu itu oleh Emir Emir Arab dikembalikan ke kita 1% untuk biayai Pesantren dan Teroris {Metro Rialitas Pagi} jadi kita biayai Teroris ya Uang kita tapi di  Bati/Entit/korupsi Arab. Yaah lucu juga. Mangkanya Ali Orang Arab yang di tangkap Densus 88 Kaya sampai Tabungan Pedagang Sayur di Transfer 2 .000.000.000,- [2 Miliyard] tapi bukan untuk sipemilik Tabungan tapi untuk Nge BOM .

     Kembali Sejarah bukan laptop, Untuk belajar Ilmu Kadewatan ya Tinggal Bali itu di Gedung Kertiya Musium Buleleng, bisa cari Arsip tentang Sejarah, termasuk Sutasoma, kenapa ke Gedung itu? Lha Anda bisa Milih sesuai Kehendak, sebab Pakar di luaran sudah di Program untuk menjelaskan Agama Hindu, Sulit dijangkau Teori nya apalagi Lulusan Perguruan Tinggi, yang dijelaskan hasil di Perguruan Tingginya apa Tujuan dan Fak nya., contoh di Kejaksaan dulu waktu Seminar Santet 1983 di Jember Kepala Kejaksaan Bpk. Simanhadi Wah Ahli bener dalam Hukum Majapahit, Beliau Apal Pupuh Pupuh nya "Bilamana Orang menyepyurkan Beras Kuning , Menulisi Tengkorak, Orang ini berbuat Tenung Maka bisa dihukum Mati olah Raja Yang berkuasa" ini cuplikan dan tidak lengkap mungkin di lain blog ada itu Hukum Majapahit. Jaman Majapahit Nyantet di hukum Mati oleh Raja, jadi aman. Lha Film sekarang seolah olah Orang Hindu indentik dengan Dukun, ilmu hitam dll. Sampai Film Mak Lampir pembukaannya Patung Durga Tangan 4 Jatuh rebah hancur ditimpa Batu, Jadi Hindu simbulnya Mak Lampir, Kyai Ganteng jubah putih / Islam bak pahlawan menumpas Kejahatan. Bayangkan Patung Dewa yang dipuja di Pura Pura dilecehkan demikian pada diam, Buta barangkali malah ikut nonton. Inilah ketidak tahuan, 500 tahun kena Kibulan Arab. Bali pun Era Orde Baru banyak perubahan. Para Soroh mulai mencari Lontar nya di Gedung Lontar Kertiya tersebut ini baik sekali, tiap Soroh mengerti Asal Asul, akhirnya ke Majapahit juga atau Kadiri, Daha, Jenggala, Kahuripan dll. jadi Majapahit akan tetap bisa menyatukan, Turunan Arya Kenceng / Soroh Kenceng, Soroh Arya Damar , contoh Puri Anom Gusti Panji Turunan Arya Kenceng ngundang Nyejar Pusaka Majapahit, Gusti Madan turunan Arya Damar Puri Sunantaya membuatkan Hyang Suryo rumah, dan Pelinggih,

     Jadi Majapahit di terima setiap Soroh, Bali Mula Dewa Putrnata juga Ngundang, Buku Pura Tuluk Biyu menybutkan "Sira Mpu Galuh saking wit Majapahit" Kasogatan Mpu Galuh masih ada sampai sekarang yaitu desa Megaluh, ada runtuhan Candi, Telaga dll, Tapi penduduk nya Islam semua. Patung Prabu Airlangga ada juga di Musium Trowulan dari Batu  setinggi 2M, ada lagi Koleksi Mantan Wapres Adam Malik Patung Batu yang kokon lebih Pas ukuran Candi Jolotundo. Jadi Prabu Airlangga dimanivestasikan Wisnu Ibunya Mahendradata di Manivestasikan Durga di Bali Anak dan Ibu, lha di Kadiri sekarang? Airlangga sendiri, Ibunya Totok Kerot. jadi kalau Versi Bali yang adat nya belum diobok obok Isam , masih bisa dilihat praktek praktek di Pura , Jadi Jelas Durga / Mahendradata ibunya Prabu Airlangga Wisnu. Di Kadiri Tempat Prabu Airlangga malah Durga disebut Totok Kerot seorang Raksasa mencintai Prabu Airlangga, ini sama dengan Sinetron Sangkuriang mencintai Ibunya. Juga Sinetron Mak Lampir, pembukaannya Patung Durga Roboh Hancur tertimpa Batu se olah olah Lambang kejahatan, ini jadi Tontonan tingkat Dunia [karena Parabola] dimana Durga yang di Sungsung di Pura Pura sebagai Manivestasi Dewi Mahendradata di simbul kan Mak Lampir, inipun Tokoh Hindu Diam semua malah nonton dan ber sorak sorak,

     Pemuda Jubah Putih Islam seolah menumpas Kejahatan. Padahal Hukum Majapahit "Barang siapa menebarkan Beras Kuning dan menulis di Tengkorak itu adalah perbuatan Tenung dapat dihukum Mati Raja yang berkuasa" jadi Hukum Jaman Majapahit Orang Nyantet di Hukum Mati Raja, ini banyak tidak di ketahui. Hukum ini pernah di seminarkan di IKIP tegal Boto Jember di Hadiri Bapak. Bimantoro [belakangan KAPOLRI] , Kejaksaan Jember Ahli HUkum Majapahit Bpk. Simanhadi, Prof. DR. Sihombing Ahli Bedah untuk pembuktian Santet, Hyang Suryo Pura Majapahit dan Pakar-Pakar, Mahasiswa yang membahas KUHP agar di sesuaikan Hukum Majapahit, Yang bisa menghukum Tukang Santet. 1983/1984. Jadi ketidak tahuan Kehebatan Hukum Majapahit, Orang bebas bikin Sinetron, Pidato Atas nama Agama Islam dengan Hukum Arab nya, menjelekkan Majapahit yang Kafir. Seolah Yang sekarang disebut Hindu mesti diasiosasikan Kejahatan, Dukun, Santet dll. Bali yang konon Banyak Pakar Teori Hindu pada berkutat membahas Teori Agama seperti Siwa Sidanta, Weda Kehebatan India, disisi lain Simbol Durga dijadikan Bulan Bulanan Sinetron Mak Lampir tidak tahu. Pura Ibu Majapahit Salut atas Darma Wacana Prof. Drs. Subagiasta yang juga sempat duduk bersama di Pesamuan Agung bersama Hyang Suryo, Dikatakan Beliau Tentang Lingga Yoni simbul Purusa dan Predana Atau Leluhur, ini sangat Pragmatis Sebab kebetulan Pura Ibu Majapahit memang memuja Leluhur, Dengan Lingga Yoni sebuah Ajaran Kuna tentang pemujaan Leluhur mudah di terima daripada ber tele-tele Teori Agama yang sulit dimengerti Orang Kecil, Darmawacana Prof. Drs. Subagiasta dalam Upacara Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru di puput Tri Sadaka ini sayang tidak dihadiri Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan Yang menuduh Pura Majapahit tidak memakai Adat Hindu Nyukat Genah dan Caru, disisi lain PHDI Prof. Drs. Subagiasta mengakui, maka sah lah Candi Lambang Lingga Yoni ini, Apalagi sudah dipuput Ida Pedanda Siwa, Buda dan Bujangga {VCD nya Ada] dari sini Jelas Bahwa Candi adalah Setana Leluhur Bhatara dan Bhatari lha banyaknya Leluhur Dari Bapak Ibu , Embah, Buyut, Sanggah, Sanggah Wareng, Udeg Udeg, Gantung Siwur, Kropak Sentre, Dadung Kawuk akhirnya ke Dah Hyang. di simbolkan Lingga Yoni [Simbol Kemaluan] Purusa dan Predana. "Ouw, bener kita semua punya Mrajan Kawitan Leluhur Lingga Yoni" kata Donal penduduk belakang Pura Ibu " Kalau Orang lain Darmawacana saya kurang ngerti terlalu banyak teori, kalau Lingga Yoni ngerti, anak saya tahu juga" imbuh nya memuji sang Profesor Ganteng ini. Sebab Orang Bali "Mula Keto" Acara Odalan, Caru dll di beri Teori apapun tetap jalan karena sudah dilaksanakan Turun Temurun sejak Jaman Majapahit maupun sebelumnya.

     Darmawacana ini sangat bagus bagi Orang Jawa kebetulan banyak yang hadir, Mereka simpel yaitu Majapahit Muja Leluhur lingga Yoni dan Prof. Drs. Subagiasta dari PHDI ngakui, tanpa diceramahi Agama Hindu. Durga pun simbul Ibu / Predana / Yoni. Jadi praktek Pura Majapahit sebenar nya simpel saja Siwa-Buda / Leluhur, Siwa Bapak / Purusa / Lingga sedang Ibu Buda ? Predana / Yoni Ada yang tanya lalu dijawab Agama Siwa Sidanta dll akhirnya "Joko Sembung Naik Skuter, Muter Muter Enggak nyambung" kata Gede Prama. dari Sejarahnya Sri Wilatikta Brahmaraja kawin dengan Putri Cina Dara Jingga persatuan Siwa dan Budha [Putri Cina beragama Buda] turunannya muja Leluhur Siwa-Buda jadi jelas tidak muter muter. Di Besakih pun ada Dua Pelinggih Meru Tumpang XI Brahma Wisesa {siwa} dan Meru Tumpang III Ratu Mas Magelung {Budha} Meru Lingga dan Meru Yoni.

Monday, September 28, 2009

PAMERAN PUSAKA DAN RUWATAN DI UNTAG SURABAYA


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA PAMERAN KERIS DAN RUWATAN : Harian Surya 21 April  2003 : Diantara Keris yang di Pamerkan adalah Keris Sengkelat yang biasa digunakan Senapati Kerajaan Majapahit, Naga Raja dari Tiongkok, Tebu Wulung Sepang, Sepasang Sada saklor [Sada Lanang], Sabdopalon Naya Genggong, Sepasang Kaki Nenggala dll. Pakar Keris KRT. Soebagio mengamati Lekuk dan Garis Garis keris "Wah Keris ini Bagus"  Menurutnya bila Keris ini bikinan Empu Jaman Majapahit, Keris ini bisa berdiri, Lalu mulutnya Komat Kamit entah Mantra apa yang dibaca, Keris didirikan dan aneh berdiri sendiri, membuat pengunjung terkagum kagum, Bahkan Prmilik Keris Hyang Suryo ikut heran "Lho ternyata bisa berdiri ya?" Adegan ini bak pertunjukan Sulap ketika Pakar Keris Baca Mantra. Bahkan Mpu ini bisa membaca Aksara di Keris yang berbunyi "PRAJA MAJAPAHIT"  Akhirnya tiap gerakan Sang Mpu menjadi perhatian pengunjung. Keris Jaman Kerajaan merupakan pegangan Wajib bagi seorang Lelaki yang di sebut Curigo juga harus punya Kukilo [Kelangenan, kesenangan] dan Turangga [kendaraan, kuda] bila belum memiliki ketiganya belumlah lengkap.  Menurut Pakar Keris Usia Keris Yang dipamerkan di UNTAG Rata-Rata umurnya 1000 tahun lebih. dan Bisa berdiri 3 X 24 jam. Karena ada Yoni nya, dalam Kamus Agama Islam dikenal istilah " KHADAM " . disamping Pameran Pusaka juga diadakan Ruwatan dengan 76 macam Sesaji dengan Dalang KI Manteb. Hyang Suryo di Wawancarai RADAR Surabaya dan terbit : Minggu 20 April 2003 : PENGALAMAN MAGIS HYANG SURYO DENGAN CAKRA :  Selama 47 tahun Soeryo Wilotikto menyimpan senjata Cakra yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit, Dan selama itu pula Hyang Suryo, begitu laki-laki berambut panjang ini biasa dipanggil, mengalami berbagai kejadian Magis, Seperti apakah? DITEMUI RADAR Surabaya, Sabtu [19/4], Hyang Suryo mengaku belum pernah sekalipun sakit selama memegang Senjata Cakra peninggalan Kakek Buyut nya itu, Hyang Suryo tercatat sebagai Pewaris ke XI {Brahmaraja} Senjata Peninggalan Majapahit yang didunia Pewayangan dikenal sebagai Senjata nya Dewa Wisnu itu. " Jujur, selama membawa senjata Cakra ini saya belum pernah sakit, meski flu sekalipun" Kata Hyang Suryo yang keturunan Trilokapura Kertawardhana ini. Laki - Laki asal Mojokerto yang memutuskan untuk membujang sepanjang hayatnya Demi menjaga Warisan Leluhur Kerajaan Majapahit ini justru selalu tampak sehat walafiat. Padahal semenjak Pura Majapahit desa Trowulan Mojokerto, di tutup satu tahun lalu, praktis lali-laki yang selalu merahasiakan umurnya ini harus berkelana dari satu kota kekota lain, dari satu pulau ke pulau lain untuk memamerkan Ratusan benda Pusaka yang dulunya tersimpan di Pura Majapahit itu. Ini karena di Pura yang terletak di desa Trowulan itu tidak boleh dipakai Untuk menggelar kegiatan Ritual dalam bentuk apapun, Termasuk Menjamas Pusaka dan menggelar Ruwatan. Itulah sebabnya, Ratusan benda benda Pusaka peninggalan Tribuwana Tungga Dewi dan Ken Arok, Ratu dan Raja Majapahit itu, diusung kerumah Hyang Suryo di Tulung Agung {Jenggala}, Kini, Senjata senjata itu sedang di pamerkan di UNTAG Surabaya. di Karena pura Majapahit tidak bisa untuk memamerkan Senjata senjata itu lagi," Ya saya yang ngalah dan bersabar, untungnya saya ini nggak pernah sakit. Padahal Saya jarang sekali pulang ke Tulung Agung" Kata Hyang Suryo yang baru mengahiri pamerannya di Bali, sejak Februari lalu. Tak hanya lepas berbagai macam penyakit, Hyang Suryo juga mengaku merasa lebih fit dan selalu tampak segar, Padahal dia juga jarang sekali makan kalau tidak benar benar lapar. Tidur nyapun hanya beberapa jam. " Ini semua berkat Yoni dari senjata Cakra ini. Karena Yoni yang ada didalamnya diyakini bisa menghancurkan musuh dan segala hal yang negatif," paparnya. Senjata Cakra Panjangnya 25 sentimeter serta dilapisi Emas Murni itu, Nyaris tak pernah lepas apalagi jauh dari tangan Hyang Suryo. Bahkan saat tidurpun , Senjata yang menurut Mitos  dunia Pewayangan Hindu, Juga dikenal sebagai Senjata Maha Dewa itu, selalu diletakkan disamping Hyang Suryo, "Kalau pas tidur begitu, Dia hanya saya masukkan ke dalam Kantung Hitam. Meski saya tidur nyenyak, tapi saya masih bisa mendengar suara belalang yang terbang diluar rumah", akunya. [fib] disalin Gusti Heker untuk Koran Surya tidak semua disalin, Radar ful disalin. Di publikasikan agar tidak ada suara Miring kalau Beliau Berburu Pusaka ke Bali, bahkan Pusaka Beliau di Linggihkan di Bali agar bisa di Upacarai, karena di Trowulan ditutup, Dan supaya Orang mengerti bahwa Beliau sudah memiliki Pusaka Tertinggi yaitu Cakra dimana Raja Titisan Wisnu Simbol nya Cakra. belum Pusaka Kerajaan yang lain, yang diakui Para Pakar, apalagi di Pameran Universitas bukan di kios/bedeng dipinggir jalan, hingga didatangi Para Pakar Keris. Untuk Tuan Alvatar Kristen yang berkomentar miring bisa membaca mumpung belum buta matanya. Melarang memakai kembang Melati itu Setan, itu bisa di  :GEBUKI pihak Keraton Solo itu Putri-Putri Keraton selalu memakai Untaian Melati. Belum Pusaka Nagaraja yang krtika difoto keluar Naganya, Juga Mahkota yang Pas dikepalanya, ini bukti karena Beliau sudah punya Cakra, Jadi Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI sebagai Raja Majapahit tidak meragukan lagi, -Gusti Heker  29-09-2009.

TOMBAK SIWA BUDA SIMBOL PURA IBU MAJAPAHIT JIMBARAN


    BERITA POSMO EDISI 78 15 September 2000 Judul: TOMBAK SYIWA BUDHA SIMBOL PERSATUAN Pusaka ini kondang disebut sebagai Tombak Syiwa Budha. Dibuat Zaman Kerajaan Majapahit, Bentuknya bercabang dua, Ujungnya terbelah Dua. Dipahami sebagai simbol dari unsur Persatuan dan Kesatuan, Warnanya Hitam kecoklat coklatan, Ternyata merawatnya tidak terlalu susah. Sebab untuk mencucinya tidak tergantung pada bulan maupun hari tertentu.

      Dulu, Tombak ini diakui Terhebat diantara Tombak Tombak yang ada, Kerena itu Tombak ini digunakan untuk Berperang, mengalahkan Pemberontak yang ingin menguasai Keraton ataupun mendirikan Kerajaan baru. Pemegang Tombak ini adalah Panglima Perang atau Pengawal Raja, kalau hanya Prajurit biasa, tidak mampu untuk memegangnya. Soalnya memiliki daya Magis yang cukup Tinggi. Tidak sembarang Orang yang mampu memegangnya. KUAT DALAM PEPERANGAN Jika dibenturkan Dengan Tombak atau Senjata lain, dipastikan akan tetap utuh. Akibatnya , Tombak musuh retak.

      Bahkan Hancur berkeping keping. "Memang cukup Ampuh Senjata ini" ungkap Hyang Suryo [bergelar Brahmaraja XI] Pemilik Pusaka di Puri Majapahit Trowulan, Mojokerto Jatim. Ini terbukti ketika terjadi Goro Goro Pemberontakan di Keraton Majapahit yang dipimpin Rakuti dan Semi, Ratusan orang terbunuh oleh Tombak Syiwa Budha. Tombak Padma Yoni milik Rakuti yang ampuh itu tidak mampu menandingi. Akibatnya ia menyerah tanpa syarat kepada Pengawal Raja Jayanegara. Kini Tombak itu berada di Pura Majapahit. Sering digunakan dalam Upacara keagamaan, Posisinya selalu berada di urutan paling depan diantara pusaka pusaka yang lain, Biasanya saat upacara berlangsung dipastikan ada yang Kerawuhan [kerasukan Roh halus]"Anehnya lagi, bila Tombak Syiwa Budha dikirap pada Upacara keagamaan Hujan yang sedianya akan turun tidak jadi, Orang akhirnya meyakini sebagai penolak datangnya hujan" ujar Hyang Suryo pemilik Pusaka itu. Melihat keampuhannya, Masyarakatpun mencoba membuktikannya, Salah satunya Pak Suwarno, warga Karang Pilang, tujuannya untuk kegiatan Ruwatan Desa pada musim hujan, Ternyata memang hujan tidak jadi turun, Kegiatan Ruwatan berjalan lancar, padahal desa lain hujan cukup deras. Kehebatan Tombak tersebut membuat Pak Suwarno ingin memilikinya, sehingga tidak dikembalikan lagi, Akibatnya sekeluarga Panas Dingin dan Sakit sakitan,

    Kemudian setelah dikembalikan keluarganya sembuh total. Sejak itulah tidak ada Orang yang berani mencoba coba lagi ingin memiliki Tombak Syiwa Budha. Usai meminjam langsung dikembalikan. Untuk menghindari hal hal yang tak diinginkan.{Husnu Mufud Wartawan Ahli Pusaka dibantu Para Pakar],- Di Tulis kembali oleh Gusti Heker Agar diketahui publik Betapa Pura Majapahit masih punya Pusaka Andalan Warisan Pura Majapahit Jenggala, Daha dan Kadiri, dimana waktu itu Pengalaman di Jarahnya Pura Majapahit Trowulan oleh Bupati Demak 1478, Pusaka Pusaka Daha, Jenggala, Kadiri dan Kahuripan disimpan dan di Sungsung Para Keturunannya, Sri Aji Wijaya / Wisnu Wardhana VIII atau Sri Wilatikta Brahmaraja V secara rahasia menyimpan dan diamankan agar kemudian [500 tahun]hari bisa diwariskan NARENDRA UTAMA yang memang bisa melestarikan Dengan dididik sejak usia 6 Tahun dan benar-benar teruji Phisik dan Mental nya agar tidak mudah jatuh baik oleh Harta, Tahta dan Wanita. Bisa menjalankan Sesanti setelah Keruntuhan Majapahit "Ngeluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasor'ake. Sugih Tanpo Bondo, Sakti Tanpo Aji." Seorang Satria tapi harus Ngerti Ke Panditaan {Satriyo Pinandito} Harus digembleng Guru Sepiritual dan Guru Ilmiah yang Ilmu Ke Majapahitan nya Harus Mumpuni, Harus belajar ke negri SAMKOK, "Jangan berpolitik Kalau belum mengerti SAMKOK" Kata Bung Karno, Hingga banyak  Pakar di Sekolahkan ke Cina negri Samkok, sayang malah dituduh Islam Komunis, hanya sekolah di Arab yang hebat, pulang dicium tangannya[padahal cuma naik Haji] dihormati bisa ngendalikan Aparat Daerah untuk kepentingan Islam, dan numpas Kafir. Contoh seperti Menghambat ijin Gereja, Nutup Pura dll. Para Mahasiswa di Cina, Rusia tidak bisa pulang, Pasport dicabut, Mbambung di Negri Orang. Akhirnya di Era Presiden Habibi mereka boleh pulang itupun harus di Adili dulu, kecuali dari arab bebas, akhirnya tidak jadi lagi, Sudah pada Tua, Pikun, mau nyumbang apa pada Bangsa dan Negara yang dijajah Arab? Ya itulah tadi sedikit Contoh Aktual kekuasaan Arab, Selanjutnya Kembali ke Narendra Utama yang harus hidup diera tepat 500 tahun Kembalinya Majapahit, Sebelumnya Juga Narendra Narendra Utama berjuang, karena bisa Menjaga Pusaka Tanpa mudah Tergiur dikipasi Uang [kalau Narendra kebetulan hidup nya selalu dipimpin Leluhur jadi enak tidak kekurangan] Hingga Narendra Utama berikut nya bisa Mewarisi. Dan mereka Sadar pada jamannya " Engger, Moto mu besuk disilih Poro Leluhur Ndelok Bali ne Mojopahit, Mbah enggak menangi Ngger, Tapi Mbah wis Ngelaksanak no Tugas Poro Leluhur Jogo iki, Tampan non no Ngger, Mik Wong Bali sing iso Ngurip no, titen ono besok lek enek Dino Jenenge ..Tumpak Landep iki iso urip maneh" Kata kata Mbah Gede Ngadri Narendra Utama menyongsong Turunnya Sabdopalon. Beliau kembali ke Alam Kamoksan usia 99 tahun 1956 di Blitar,

      Demikianlah semua Narendra Utama selalu ada pada Jamannya, jadi Majapahit harus tetap ada, biarpun dihambat Arab. Narendra Utama harus bisa mengatasi, Otak harus Cerdas, Jujur selalu di Rel nya tidak menyimpang, Kemampuan Niskala harus Mumpuni, bisa TER kecil maupun besar. bisa Ngedan tanpa harus jadi Edan beneran [kebanyakan jadi edan beneran], Dengan Kejujuran, olah Batin kuat, tidak putus berhubungan dengan Leluhur, kalau melenceng kehilangan hubungan Hancur, Inilah Baru bisa disebut Narendra Utama Tetap dilindungi Sri Raja Patni dari Alam Bodaloka hingga Selamat selama Bulan dan Surya masih terbit. {kutipan NEGARAKERTAGAMA yang baru didapat awal 2009] Bila Odalan/Srada temtu membuat senang Sri Rajapatni di alam Budaloka dan memberikan Kejayaan Narendra Utama selama Bulan dan Surya bersinar. Odalan sukses 9-9-'09 kini hari ini 28 September 2009 Ibu masih di Odali di Universitas Mahendradata. [Gusti Heker]

Friday, September 25, 2009

PURA MAJAPAHIT DI TABANAN DIBAWA DARI TROWULAN


Ketika Pratima dan Pusaka Pura Majapahit Trowulan Nyejer di Puri Anom 2003-2004, Pura Majapahit berada di Tabanan, Pratima adalah Simbul Pura, terbukti Ketika banyak Berita Koran Banyak Pratima Pura di Bali di Embat Maling, disebutkan Odalan yang sudah dipersiapkan "BATAL", jadi Pratima di Plangkiran itu sudah Pura, sebab Dah Hyang Nirata, ketika datang Bali pun membudayakan Plangkiran, karena di Jawa Candi - Candi di Hancurkan Para Wali dan pengikutnya [ Sejarah Kadiri oleh: Tan Koen Swie], maka untuk penghormatan Leluhur cukup di taruh Plangkiran, agar mudah dibawa, dan di Stanakan cukup di Gedong/Klenteng dan Umat lalu ber'doa didepan Pratima, ini dilakukan di jawa, kalau Bali Pelinggih, Meru, dll lestari, Pura-Pura tidak dihancurkan seperti di Jawa, jadi Bali masih beruntung bisa melestarikan Adat, Odalan, Caru dll, Nasib Leluhur di Jawa memang Tragis, sudah tidak punya Candi di Gedung/Klenteng pun di larang 1965-2000 dituduh Orang Komunis tidak Bertuhan alias Muja Pek kong, Karena adat islam hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah, dan Pura Majapahit Trowulan pun di Tutup, bahkan diserbu dan di Bom Imam/Takmir Arab Karyono cs, Hingga Para Keturunan Majapahit Bali yang tidak ditumpas [hanya kena Bom Bali 1-2] mengundang Leluhur Majapahit untuk di Upacarai di Bali, Terbukti ketika di Puri Anom di Upacarai TUMPAK LANDEP Keris Gajahmada Menunjuk kan Keboleh'an membuat Pohon Beringin berusia ratusan tahun didepan Puri Brantakan, hingga pagi harinya puluhan Truk membersihkan dahan-dahan Pohon yang Porak Poranda dihantam Sinar Keris berwarna Biru kekuning-kuningan dari jarak 200 meter, dan membuat gempar masyarakat Dunia, Tentunya agama islam menuduh Roh Setan/sihir [Sudah ada SMS dari Trowulan mengatakan Siluman], Kehebatan Leluhur yang pernah menyatukan Nusantara dilecehkan bangsa sendiri yang berjiwa Arab, akhirnya Para Keturunan Majapahit banyak dikutuk tanahnya [Buku Sejarah Kadiri terbitan Tan Koen Swie], Makan nasi Aking, Jadi Budak ke Arab negara yang disucikannya, pulang mati, kena Banjir, Tsunami, Lumpur Lapindo dll, tapi yang mengagumkan tatap kukuh dengan Takdir Ilahi seolah nasib ditangan Arab, tidak mencontoh Bali yang melestarikan Adat menghargai Leluhur hidup nya lebih enak, bahkan bisa nyumbang inves di Trowulan biarpun gagal, seprti Pak Agung [Kolonel, sudah Tewas] kini Puranya untuk Masjit, Bapak Ida Bagus Basma [Batubulan] beserta Mangku Alit [Pernah di India], Tanah Calon Pura nya terbengkalai dll dsb dst, Di Tabanan, Pratima Wisnu dan Sakti nya, sebenarnya sudah dibuatkan Pelinggih di Puri Sunantaya Penebel, ketika Nyejar di Puri Anom selesai pindah GWK, Hyang Suryo yang Ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI sudah meresmikan pelinggih [2 buah] di tanah Puri di bukit yang ada Klebut/Mata airnya, jalan menuju Pura Biaung, belakangan Gusti Kukuh beserta Tetua dari Penebel mengatakan di GWKbahwa  Hyang Suryo dibuatkan rumah, Sertifikatnya hampir selesai, Juga dibelikan Pintu,Jendela Ukiran seharga 40 juta, sambil nyicil kita bangun kata Gusti Kukuh yang Putra Gusti Madan satu-satunya Ahli "SRADHA" di Dunia, Karena Kesibukan PP trowulan, dan Odalan, Hyang Suryo belum sempat ke Sunantaya, juga tidak enak menanyakan, Karena tempat nya jauh, dan Terakhir di Undang Mengikuti Upacara Odalan "Srada" yang memang agak lain Bantennya, Mungkin Pura ini agak Kurang dikunjungi umum karena dianggap milik Gusti Madan kelompok Parati Sentana Arya Damar, sedang Puri Anom Parati Sentana Arya Kenceng, Leluhur Mereka Bersaudara sama-sama Putra Sri Wilatikta Brahmaraja I dan Permaisurinya yang ada di Pura Besakih [dijelaskan di Blog lain], Jadi Leluhur Kawitan Majapahit di Tabanan sudah ada, dan biarlah diupacarai Keturunannya di Puri Sunantaya itu, Ketika Nyejer di Puri Anom Tabanan, Hyang Suryo ber nostalgia, karena pada th 1957 pernah berada di Penebel desanya Senganan dirumah Adik Perempuan Bpk. Gede Sumadi yang waktu itu Pegawai Negri di Denpasar [juga belajar Ilmu tentang Majapahit pada Tetua/Sesepuh setempat], Kala itu bermain di sawah yang hijau berundak-undak didampingi Gadis kecil membawakan hasil buruan, yaitu Capung, Belalang yang ditangkap pakai getah nangka di lidi kemudian disambung pelepah daun pisang agar panjang, Mandi di Sungai berbatu, ada Pancurannya, Ternyata sampai kini tempat itu masih seperti yang dulu, hanya penduduknya berubah Moderen, ada jalan aspal, dulu jalan kaki di atas tanah, ada pasar. Terminal pokoknya maju sekali, tapi biarpun moderen Adat Budaya masih Lestari Pura-Pura Lama masih tegak berdiri, Odalan, Tetoyan, Caru dll tetap jalan sampai kapan pun, Inilah yang membuat Hyang Suryo menangis tersedu-sedu sampai membuat heran Orang Tua yang diajak ngobrol ketika bercerita Odalan, Pura, Adat setempat masih seperti 1957 dimana waktu itu istilah Hindu belum dikenal. karena belum lahir, Kini Mereka mengaku Ber Agama Hindu, tapi adat sebelum ada Hindu tetap mereka Lestarikan, yaitu semua Pura masih tempat Berstana nya Leluhur yang disebut Bhatara/Bhatari saking Wit Majapahit, jadi tidak sadar bahwa Para Leluhur Mjapahit yang Nejer di Puri Anom masih di Upacarai dan Punya Pelinggih/Persimpangan sampai Pelosok pedesaan dan tetep di Lestarikan sampai Kapunpun, mungkin selama Bali masih ada biarpun banyak yang tidak mengerti mereka tetap melesterikan dengan jawaban "MULA KETO" jadi Bali memang Majapahit. Jadi Pura Majapahit memang sudah di Tabanan sejak Zaman Majapahit Raja Bali Arya Kenceng , Biar Bumi bergoncang, Pemerintah memberi Agama Resmi Hindhu, Yang mengagumkan Praktek "SIWA- BUDHA" Majapahit tetap Dijalankan tanpa henti, inilah Ketika Hyang Suryo merenung di tepi Sungai berbatu tempatnya Bercengkrama dengan Gadis Desa mirip Pratima Leluhur Putri Majapahit yang tidak berbaju, hanya mengenakan Kain Batik/Kamen,  ketika itu sempat tersentak sadar disapa Gadis masa kini sambil membawa Honda Bebek mengenakan Celana Jin/Koboy berbaju Kaos bertulisan bahasa inggris sambil berkata "Makan sudah disiapkan, mari dipanggil Ibu pulang" Buyarlah Lamunan Masa Lalu Gadis kecil berbusana Majapahit yang mirip Patung-Patung kecil Terakota yang banyak ditemukan di Trowulan dan disebut "BALI AN"  karena mirip Orang Bali tempo Dulu, sebuah lagu Cina yang paling Pavorit mungkin semua orang hafal not nya berjudul "Wang Si Cening Wei Wei" artinya "MASA LALU YANG TAK TERLUPAKAN DAN TIDAK AKAN TERULANG LAGI" dan masih terbayang seperti baru kemarin sore, Sekelompok Gadis bermain sambil bernyanyi " Curik-Curik Tememplang Alang Alang Boko Boko Tiyang Meliii Poh He, Aji Satak Aji Satus Kepeng Enyet Enyet, Kemudian dua Gadis berpegangan Tangan melingkari Tubuh Hyang Suryo seolah ditangkap agar tidak bisa Lepas dan Lagu setelah menangkap Hyang Suryo dilanjutkan " Mare Bakat e Nak Bagus Keceng Enyet Enyet......Naaaaa Bakat" mungkin ini di Bali sudah langka, tapi golongan Tua mungkin masih bisa membayangkan kenangan ini, Permainan Putra Putri di Puri Zaman Dahulu, Permainan ini pun Dilakukan Di Keraton Majapahit, Daha, Kadiri, Jenggala, Kahuripan dll, Karena ini permainan Peninggalan Majapahit asli, di Jawa sudah punah 500 tahun yang lalu karena tidak adalagi Putra Putri Keraton Majapahit, yang ada Putra Putri Wali pakai jilbab main Terbangan dan Sam'roh an menyanyi bahasa Arab bawa Rebana/ Kempling/Kendang Tipis Khas Arab. kalau tidak salah lagunya " Ala wakbar Ala wakbar Ala Huwa Hu Akbaar...."[ditulis berdasarkan suara lagu] ini pemandangan di pedesaan Majapahit sekarang, sangat beda dengan di Bali, tahun 1964 muncul lagu -lagu baru di Bali kalau enggak salah " Ngijeng Cening jumah, Meme luwas malu...." juga "Rikalaning sedek dina Redite, jalan rurung pada rame keentasan, Bel sepede, bel Dokar ngempengan Kuping, Ngaje ngelod nganginan Ngengauhan..." demikianlah Bali masa Lalu dan Masa kini yang tetap Upacaranya di Pura-Pura yaitu Odalan, Tetoyan, Caru dll tetap lestari biarpun diterpa Globalisasi, Dahulu Bali masih banyak Mpu pembaca Lontar Tulisan Bali yang tiap malam membacakan Lontar, Pekak Penyarikan, Pekak Parentet, Tukak Made dll mereka semua telah tiada, sekarang Lontar disalin huruf ABC baru dibacakan, Pembaca Lontar sudah Jarang, Buku Sejarah Kadiri Terbitan Tan Koen Swie [dikirim Puri Gading awal 2009] masih seperti Lontar Bali bertulisan Aksara Jawa, dan yang ingin melihat silahkan datang ke Pura Ibu Majapahit diletak kan di Plangkiran belakang Ganesa Dwimuka dan selalu diberi Canang dan di Enyiti Dupa oleh Mangku GRP. Nokoprawirodipuro dari jawa. Buku ini sekarang dijadikan "Sejarah Kadiri" oleh Pemda Kediri, Era Orde Baru Buku ini dilarang dibaca dianggap melecehkan Agama Islam, sangat Ironis Sejarah Bangsa harus rela dihapus demi kehendak Segelintir Orang Jawa yang ikut Arab. sekali lagi ironis,- Pidato Terakhir Bung Karno "Jangan sekali-kali Meninggalkan Sejarah" terkenal dengan "JASMERAH" sebelum Beliau di Tahan pemerintah R.I yang didirikannya, yang sebelumnya Pengikut Beliau Ditumpas sampai Akarnya dan dituduh Komunis, Akhirnya Beliau Tewas masih dalam status Tahanan R.I, kemudian Ajaran, Buku-Buku yang mengandung Soekarno dilarang,- lagi lagi Ironis. Masa kini Orang merindukan membayangkan Kebesaran Majapahit Pemersatu Pencipta Pancasila, Kitab Negarakertagama sudah diterjemahkan [Puri Gading dibawakan Mangku Noko awal 2009] biarpun Menurut Ketua Yayasan Negarakertagama Bapak Harmoko sewaktu peresmian Petilasan Gajahmada di Lambang kuning Kertasana, dikatakan Sedang diterjemahkan tapi belum Tuntas, sebab sebagian yang di Leiden Belanda terbakar, Mungkin di Puri Bali ada yang menyimpan Terjemahan Lengkap, Seperti Babon Pararaton Aslinya masih ada, Dterjemahkan Jaman Islam jadi agar islam memperbolehkan terbit, di buatlah Ken Arok Perampok dan Pemerkosa, ini Pelecehan Leluhur, Tapi Beliau setuju di jelek kan demi Anak Cucu bisa mengetahui Sejarah Leluhurmya daripada tidak ada samasekali, Dan kita Akui Kehebatan Para Pujangga Yang Merekayasa Buku agar bisa tetap terbit, Tidak mungkin Bhatara Siwa putra Brahmaraja Perampok, Lihat Lontar Asli segudang di Gedong Kertiya Musium Buleleng, Tak satupun Lontar menjelek kan Bhatara Siwa, Karena di Jawa Buku-Buku Lontar Buda dibakar dan dilarang dibaca Masyarakat [Sejarah Kadiri] bahkan diera Orde Baru sama juga Buku yang tidak disenangi Islam dilarang, maka Orang menerbitkan ya agak direkayasa, ini sampai-sampai Orang Bali pun terseret kepikiran Arab ikut percaya Ken Arok Perampok, lagi lagi Ironis. Demikianlah ini sekedar penjelasan, diterima tidak pun tidak ada masalah, yang penting setidaknya kita berjuang membela Leluhur kita, seperti Bali biarpun Mulaketo, Kritis, suka mempertanyakan Leluhur, bahkan di debat, tapi biarkan, mereka toh tidak bisa lepas, Tetap pulang bersimpuh di Pura ikut Odalan kecuali yang Kawin dan berda di Jawa ikut Agama Suci Yang benar dan memang paling benar yaitu Islam. Yang nutup, Nyerbu, Nge Bom Pura Leluhur Kafir Majapahit, Ajaran Buda adalah Sabar, Bahkan Nabi Isa Putra Mariyam, Nabinya Kristen mengajarkan "Ditempeleng pipi kiri, berikan yang kanan" marilah kita meniru Buda "Jujur-Sabar-Narimo" semua ada Ahlinya, contoh Densus 88 ahli Teroris dan memang tugasnya, berhasil menangkap Ali Orang Arab pendana Teroris, Bahkan berhasil menembak Nurdin Top, sampai Dunia memberi ucapan Selamat, kecuali Antek Teroris tentunya marah, jadi serahkanlah Ahlinya, Kita tenang saja, Negara Kita punya AD, AU, AL, Polisi, Mentri, Presiden, DPR/MPR masak kalah sama Arab? Jangan Bangga dulu Ada Komentar Orang Orang Ngaku Kristen Alvatar berkata: Raja datang sebagai Raja, Hyang Suryo Cari Keris di Bali, disuru Cari didasar Laut, kita maklum Orang sekarang sangat Tolol, ngaku Kristen Tidak tahu sejarah Nabinya, Anggap Orang Gila, sudah jelas Isa/Jesus lahir di Kandang, dikejar-kejar Tentara Roma, sampai di Salib, disalibnya ditulisi INRI artinya Raja Orang Yahudi, jadi belum sempat jadi Raja sudah di Salib, Sampai-Sampai Santo Petrus Pendiri Gereja Katolik Leluhurnya Para Paus "Menyangkal tidak kenal Yesus Karena Takut dibunuh Tentara Roma" ini tidak dipelajari, Hati-Hatilah Ngaku beragama tertentu kalau tidak ngerti Agama yang dianut, Alvatar bisa di Gebuk ki Orang Kristen nanti, Hyang Suryo tidak pernah mengaku beragama, hanya ngaku BERA'GEMAN  Siwa-Buda, pernah diminta Darmawacana di Gereja Ngemingan Solo, bahkan di Undang ke Universitas Darul Ulum Jombang, Lulus Leidergrafd Uni Timur Jauh Misionary [Asia Timur Raya], Mangkanya jangan sok ngaku, kalau dapat pengakuan ya boleh lah, Ketika Hyang suryo Mendapat Penghargaan Hidu Muda Award 2006 bahkan mengaku bukan Hindu dan Trisandiya tidak bisa, dan Tidak berterimakasi atas penghargaan, Tapi akan mencerminkan Tingkah Laku sesuai Agama Hindu, silahkan Dinilai, jadi Oranglah yang mengakui bukan ngaku ngaku, Bahkan ada Orang Tokoh Agama Islam mengakui Hyang Suryo Islam dan dinamakan Bi Illmil Ulama [diberi surat penghargaan] ketika dijawab Hyang Suryo Bukan Islam, Sang Kiyai mengatakan Perbuatan Hyang Suryo Mrncerminkan Islam, entah Islam Aliran mana?

PURA MAJAPAHIT DIJAGA MACAN



Waktu itu Nyejar Pusaka di Puri Anom Tabanan, Hyang Suryo tinggal di Hotel, Lalu pihak Puri Anom memberi Rumah Tenget/Angker/Wingit yang sudah lama tidak ditempati, di Kubon Tingguh, Tempat bekas Kerajaan Majapahit Bali diera Arya Kenceng, AA Ngurah Gede Puri Anyar, Orang Yang dituakan Kerabat Puri Anom  dan di Panggil "Tuwayah"  Yang mengherankan Beliau Menyebut Hyang Suryo malah "Tuwayah juga, Ini membuat Gusti Ngurah Panji Ewuh Pakewuh, Lha Bapaknya Ngurah Panji memanggil Ngurah Gede Tuwayah, Ngurah Gede Mengatakan Hyang Suryo Tuwayah, Lalu ngurah Panji memangil Apa untuk Hyang Suryo? [ 6 genenerasi dibawah Hyang Suryo], mengantarkan ke Rumah tersebut, sesampai Di Rumah yang   Cukup sepi, situasinya Tenang, sebelah dan belakang Rimbun tidak ada bangunan, Depan kosong dan Ada Telabah dan Prajapati/seme yang menambah suasana yang mendirikan Bulu Roma, "Yang, Demen dini, Yen sing Demen, Tiyang ngalihan tongos e Len, di Puri Anyar liu Tongos",  Ngurah Gede membuka kata memecah kesunyian, Belum sempat menjawab Hyang Suryo didatangi Anjing Berbulu Macan Loreng dan Jinak, menjilat-jilat Tangan Hyang Suryo, "Demen-Demen, ne obe Ade Macan Ngawal dini" jawab Hyang Suryo, Singkat cerita Tinggallah Hyang Suryo di rumah itu, Pratima Dewi Kwan Im, Durga Mahisa Nandini, Wisnu dan Pusaka-Pusaka Majapahit segera di Tata di rumah ini, Sebagian di Puri Anom, Karena Banyak nya Pusaka, jadi sebagian di Jejar kan di Rumah, Upacara dirapatkan dengan Penduduk sekitar/Kelian, diputuskan Banten Tiap hari baik giliran, Resi Buruan yang mengatur, Kembali ke Anjing Macan, Awal nya dianggap milik penduduk sekitar, Tapi tiap penduduk yang datang berkata "Buweh! ne Bakte Asu saking Jawe Tu?" ini yang akhirnya ketahuan Anjing ini tidak ada pemiliknya, Penduduk menganggap Bawa Anjing dari Jawa, Lebih mencengangkan lagi, Seorang Mangku berjenggot dan dianggap Orang sakti, Menyembah-nyembah Anjing Macan itu, bahkan diajak berbicara, dan seolah Anjing ini mengerti diajak Dialog, " Asu niki Me 'Ketu"  [Anjing ini Ber Mahkota] kata sang Mangku, hal ini membuat Sang Anjing dihormati dan tiap hari ada saja Gusti yang mengirim makanan, Di Kubon Tingguh ini Sempat Gusti Ngurah Panji mengiring Pratima Dewi Kwan Im yang dianggap Dewi Durga ke Odalan Pura Dalem Mengui, Beliau diundang ikut Odalan. Juga Keris Gajahmada di undang ke Puri Gede Tabanan, dimana Pengelingsir Puri Memeluk dan Memangku Keris tersebut berjam-jam sampai diiring pulang kembali oleh Gusti Ngurah Panji, Gusti Ngurah Anom dll. Juga sempat di Undang Odalan di Pura Dalem Yeh Gangga, Juga di Iring para Sesepuh Puri, Hyang Suryo tidak ikut, tapi menjaga pe Nyejaran di Puri, Ketika Pusaka-Pusaka Pindah GWK, Anjing Macan ini Tewas dan dimakamkan di Prajapati, yang aneh di Gwk pun muncul Anjing Macan juga, ketika Pusaka-Pusaka Pindah Puri Gading, Anjing Macan dan Anjing lainnya Mati di Tembak, Biku Alung sempat menanyakan kenapa kok Anjing saya ditrmbak? dijawab si Penembak "ini atas Perintah Rai Dalem Bos GWK" Anjing-Anjing Pura Majapahit itu Tewas di halaman Ruko depan Pura. [Darah berceceran untuk Caru] Demikianlah Cerita Pura Majapahit dijaga Macan, Pura Dalem Mengui juga di Jaga dua Patung Macan Loreng, juga Pura-Pura di Bali banyak di buatkan Patung Macan Loreng dan diberi Sesaji, Pura Majapahit Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI dijaga Macan Loreng berpisik Anjing karena tidak sempat Bikin Patung Macan, jadi didului Anjing berbulu Macan yang menjaga, bahkan bisa Ngejar Orang dan menggonggong, Sayang Macan GWK Kalah dengan Bedil nya AA Rai Dalem Bos GWK,- Pura Ibu Majapahit Jimbaran, juga Awalnya kedatangan Anjing Berbulu Macan Tapi Perempuan, hari ini 26 September 2009 sedang punya Anak 2 ekor Warna Putih, matanya baru terbuka hari ini, Jadi melahirkan 2 Macan Putih Perempuan karena Pura Ibu,-kebetulan Biokong Pura Pejabat "PERKIN BALI" yaitu Biokang Edi yang sering mengadakan Lomba Anjing, Anak anjing Macan ini mirip Trah Cocow Anjing Kintamani yang dibawa Putri Kang Cing Hwi dari Cina, dan keturunannya jadi Anjing Kintamani, Raja Cow Cow di Cina 550 M adalah Penggemar Anjing, Anjingnya tidak lepas dari Pangkuannya, Bahkan Makan pun Anjingnya disuru duluan, Baru Sang Raja mau makan apa yang dimakan Sang Anjing, Akhirnya Anjing itu disebut Cow Cow dan turunannya ada di Kitamani karena Istri Raja Bali Sri Jayapangus Putri Kang Cing Hwi membawa Anjing dari Cina yang disebut Anjing Kesayangan Raja Cow Cow, Cow Cow digantikan Kaisar WE  523 M yang Uang Cinanya dipasang Berputar di Blog ini, dan ditemukan Untuk Sesari Odalan di Bali, Jadi Bali dan Cina sudah menggalang Keluarga sejak ribuan tahun mangkanya Uang Cina/Krpeng masih disakralkan dan dipakai syarat mutlak untuk Odalan, Ngaben dll, Uang ini banyak ditemukan di Nusantara, bila mrnggali Tanah, Jaman Islam tidak digunakan, bahkan 1965-2000, tulisan Cina dilarang di Indonesia digantikan Tulisan Suci Arab, jadi dijawa Aksara Cina tidak dikenal, lebih dikenal tulisan Arab. Bali tetap menggunakan untungnya, Karena dominasi Arab/Islam masih kurang. Bahkan dalam Penataran P4 Ibu Rodiyah [PPP] dihadapan Lurah, Camat, DPR dan Peserta Penataran dan Juru Tatar mengatakan "Wahyu diturunkan dalam bahasa Arab, jadi Bahasa Arab adalah Bahasa Alloh, kita harus memakai Bahasa Arab" [Penataran di Kebraon Kec. Karang Pilang Surabaya] bahkan Orang menikah sekarang diuji Bahasa Arab nya/harus bisa bahasa Arab [Berita Koran]. ini Nyata, Pura Majapahit Trowulan di tutup Muspika hingga Leluhur Majapahit Nyejer di Bali. Pura Majapahit punya Ahli bahasa Cina Mpu Hongci, Bahasa Arab GRP. Nokoprawiro, Bahasa Bali Gusti Heker juga ahli Bahasa Inggris, dan Pakar-Pakar sesuai bidangnya,-

Thursday, September 24, 2009

PURA MAJAPAHIT KADIRI BUKA BLOKIR PELAYARAN

Kejatuhan Pura Majapahit Trowulan 1478 M atau disebut Sirna Ilang Kertaning Bumi 1400 Saka, Atas serangan Bupati Demak Raden Patah dibantu Wali songo, Serangan ini memang tidak di ketahui Ampel Denta, Barulah setelah Pura Majapahit berhasil dihancurkan, Patah laporan Ke Ampel dan malah dimarahi. Serangan ini membuat kekacauan Lalulintas Perdagangan Kadiri dan Dunia luar, karena Perhubungan hanya melalui sungai, jalan darat Sulit, dikuasai para Akuwu setempat dan Pasukannya, Peperangan di Trowulan pun membuat macet, dan tidak bisa keluarnya Perahu Pedagang yang sudah di Bandar Lor Daha [sekarang Lapangan Daha dan barat sungai masih bernama Bandar], Akhirnya diputuskan oleh Raja Daha, Jenggala dan Kadiri membuka Blokir Tentara Islam Demak yang menguasai Trowulan. Waktu itu Bhatara Kadiri dipegang Sri Aji  Wijaya, sebagai Raja Kadiri bergelar Bhatara Wisnuwardhana VIII  [Raja titisan Wisnu] dengan Abiseka Putra Mahkota Majapahit Sri Wilatikta Barahmaraja V  1427 dipersiapkan sebagai Putra Mahkota Wilatikta oleh Bapaknya Sri Aji Pangkaja Cina [ Lontar Bali banyak menyebut kan bahkan Desa Pangkaja masih ada] Yang juga berabiseka Sri Wilatikta Beahmaraja IV Juga Bhatara Daha Wisnuwardhana VII, Beliau Suami Bhatari Wilatikta VI [Ratu Majapahit VI Dewi Suhita], Karna Beliau ditarik ke Pusat mendampingi Istrinya, Pura Daha diserahkan Putranya Sri Aji Wijaya. Setelah Trowulan Tidak ada, Sri Aji Wijaya Otomatis menjadi Raja Majapahit, Karena Sudah di Abiseka Ibundanya Bhatari Wilatikta VI sejak kecil sebagai Sri Wilatikta Brahmaraja V. kembali ke Trowulan, dengan dikalahkannya Pura Wilatikta Pusat, Demak menganggap Majapahit habis, Dan memang waktu itu Brawijaya tidak siap berperang, Belau sudah Tua dan menganggap sudah di Rukir istilah catur,  Angkatan Laut berada di Ujung Galuh, Ampel Denta pun tidak memusuhi, biarpun Agama Rasul sudah kuat dan merak'yat, ini Agama Simpel/Ngirit tidak perlu buang Uang untuk Odalan,Caru, Tetoyan dll karena muja Allah satu, Tinggal kelompok Pura yang Kafir/Kufur/Batil/Kawak/Kuwuk dan Musrik. Selalu membuang uang/boros untuk Upacara/Odalan,  Islam pun tidak menduga serangan dari selatan, akhirnya Trowulan ditinggalkan dan Ipar Raden Patah Nyo Lai Hwa ditaruh Trowulan didampingi Adipati Terung dan sebagian Wali, Yang akhirnya di Berontak Rak'yat setelah Angkatan Laut Kadiri dan para Pedagang membuka Blokir, Nyo tewas, setelah itu Demak kurang memperhatikan Wilayah Trowulan yang jaraknya 400 km dari Demak, juga malu dengan Ampel yang tidak merestui Penyerangan ke Majapahit. Kadiri tetap menjadi Bandar Perdagangan, Jung/Perahu Cina, Portugis, Belanda, Inggris dll tetap berdagang ke Bandar Kadiri, ini diera Kerajaan Ming Cina 1368-1644 dimana Keramik Ming masih banyak dimiliki Cina di Kadiri termasuk Turunan Tan Koen Swie Penerbit "Sejarah Kadiri" yang diakui, Memang pernah Terenggono Putra Raden Patah menyerang Kadri, Sunan Bonang pun ngobok-ngobok Kadiri, Tapi sejak lama Daha jarang terlibat Peperangan, Kekuatan Agama Suci Rosul akhirnya membuat Kadiri Tenggelam, Adat Islam mulai merambah, Penghancuran Candi, Pembrantasan Kekafiran berlangsung di Desa yan mayoritas dikuasai, Untung Belanda masuk, Para Adipati Kafir mengijinkan Mereka membikin Pabrik Gula dan kerja sama Menghidupkan Kafir/Musrik seperti Selamatan, Nyuguh Danyang dll, setelah Belanda kuat lalu membuat UU melindungi Candi, penerbitan Buku Kafir yang dulu dibakar, dan dilenyapkan. Bukti masih banyak Jalan raya di Kertasana Banyak "BUL" nya cerobong asap Pabrik Gula yang hancur waktu jepang masuk, Karena Islam Dominan ya Para Keluarga Kafir kembali Jadi Cina Nyembah Pek'Kong /Leluhur dan Jaman Kerajaan Cina Cing 1644-1990 [Raja terakhir Aisin Yek Lo, tewas di Beijing 90 an], Kerajaan Cing memerintahkan pada Warga Cina supaya membuat Klenteng Leluhur, Kadiri dan Kota lain di Nusantara banyak Klenteng nya, akhirnya 1965 semua kegiatan Cina dilarang dan di Cap Komunis , dan banyak yang di bunuh, Tapi Orang Jawa yang diawasi di desanya tidak ke Masjit, juga ditumpas sampai Bayi nya jumlah nya sampai Jutaan, Kadiri pun tak luput, Jaman Belanda dilindungi, Jaman Sukarno tambah maju, Hubungan mesra, sampai Banyak Ahli disekolahkan di Cina, tapi tidak berani pulang, pulang langsung dijemput di Bandara ditahan /dihilangkan. Sekolah, tulisan Cina dilarang/ditutup. Saksi-Saksi hidup saat ini masih banyak, cerita di Kadiri pun biasa di Warung Kopi, seperti harian MEMO Kediri memuat berita penggalian kuburan masal 1965 didaerah Blitar dan bersambung terus. dibaca penjual emperan di Alun-Alun Doho, koran murah meriah ini cuma rp. 1000,- banyak mengungkap penumpasan masa lalu, terbukti biarpun di Tumpas Kadiri masih Eksis kini Buku Tan Korn Swie malah diakui "Sejarah Kadiri" tentunya Kritik dari Orang Jawa otak Arab tetap gencar, sebab yang paling sah cerita Arab, Hijrah Nabi, bukan Hijrah nya Wijaya, Seperti Buku Pararaton, agar boleh terbit, dan Islam tidak marah, Ken Arok dikatakan Perampok, Pemerkosa dll, sangat bertentangan dengan Buku Negarkertagama yang ditemukan Brandes di lombok belum direkayasa. Jadi semua terbitan Jaman islam banyak direkayasa, jangankan dulu, Orde Barupun kemarin 1965-1988 banyak merekayasa Sejarah, contoh Film G 30 S Pki, penuh rekayasa, dimana di Metro TV di ungkap Dokter yang buat Visum masih hidup, surat Visum 1965 ditemukan, terungkaplah Kebohongan Publik,  banyak Fakta lain diungkap TV yang sudah diketahui Publik. Demikianlah Trah Brahmaraja masih Eksis di masa kini, dan tidak pernah mengobok-ngobok sejarah Arab bahkan mempelajari, dan sangat bertentengan dengan adat Majapahit, dimana Leluhur sangat dihormati, Arab? Rumah/sejarah Nabinya dihilangkan/dihancurkan agar tidak di Puja nanti Musrik, lha itu hak asasi Budaya Mereka, Tapi kenapa di Trap kan disini? Pura Majapahit Trowulan diserbu, di Bom karena kuat, ditutup Muspika setempat hanya untuk Mengagungkan Budaya Arab. Bahkan Camat Trowulan pada pembukaan Rapat dihadiri Kapolsek, Koramil, Tokoh Agama Islam dll, berkata "Sejarah Majapahit perlu di Evaluasi" mungkin yang sah sejarah Arab, Akhirnya dievaluasi Leluhur Majapahit yang Punya Tanah yang ditempatinya, lha Struk kurang lebihnya 3 tahun dirumah sakit dan Tewas sebagai Pahlawan Pembela Imam Karyono. yang menutup Pura Majapahit Teowulan. Rumah/Pura/Griyo/Dalem Brahmaraja. Jadi penulisan Jaman islam tidak ada, Ngarang, Dengar-Dengar, contoh : Putri Cempo Hamil diantar Aryo Damar dan Gajahmada ke Gersik, ini jelas Nipu lha wong Arya Damar sudah tidak ada 100 tahun bisa hidup lagi, bikin anak lagi. Tan Koen Swie Jelas bukunya dan Kasunyatan malah dilarang  Mangkanya Camat bilang bilang perlu dievaluasi,Tulisan Arab tentang Kibulan inilah yang perlu diluruskan, Reformasi dibilang macet, sebab Arab diberi kebebasan "dikasi Hati Ngrogoh Rempelo" buktinya  Ali Orang Arab ditangkap Densus 88 mrmbiayai Teroris, Orang diajari Ngebom, Greja Kristen Mojokerto Malam Natal 2000 habis di Bom, Pura Majapahit Trowulan juga diserbu, di Bom, Malah ditutup lagi sama Muspika. Aneh tapi Tapi Nyata Arab selalu di bela,- Hak Pengarang dilindungi UU, kalau Bangsa sendiri ngarang malah di Bredel, dilarang terbit,  contoh buku Prof. DR. Slmet Moelyana tentang Majapahit dilarang beredar Karena usul Prof. DR. Hamka, kalah saingan, Buku Tan Koen Swie, Sitor Situmorang, Pramudya Ananta Tor dll, kalau buku Arab bebuas. harusnya jangan main bredel, ayo adu terbitan,Pembaca yang menilai, jangan sedikit-dikit, melecehkan Islam, tidak mau dilecehkan, tapi Menghancurkan Orang, Bali, Gereja, Hotel di Bom, Ahcmadiah sudah ada 1925, Saptodarmo di hancurkan, Adat Jawa 1000 tahun lebih di Bilang musrik dan dilarang,  kok Menangangan terus, Adat Arab numpang di Nusantara, harusnya hormati tuan rumah, tapi ya maklum pelaksananya Bangsa sendiri Arab dananya.[Ali Baba]

PURA MAJAPAHIT BUKAN DONGENG 1001 MALAM nya ABUNAWAS


Jaman Dahulu di Majalah Banyak Cerita Kepahlawanan yang menjadi Suri Tauladan dan Kerukunan sangat dihargai, Bahkan Bung Karno pernah berkata jangan berpolitik kalau belum baca SAMKOK, Cerita Sie Djien Kwie Tjengtang diteruskan Tjengsee, Bharata Yudha, Wajang Poerwa, Palguna Palgunadi, Ming Hyang Nie dll. setalah 1965 Pembunuhan Orang besar-besaran dengan cap Komunis, Tulisan Cina dilarang, sampai kegiatan Klenteng dan apapun yang berbau Budaya Cina dilarang, Sejarah Kepahlawanan ditutup, Banyak pahlawan Pejuang Kemerdekaan di penjara, contoh Bung Tomo pun pernah di Tahan, Gubernur Bali Sutedja Hilang di culik sampai kini tak ketahuan rimbanya, Pendopo memasang Foto Bung Karno dihancurkan, bahkan Orang nya bisa di bunuh di cap PKI, akhirnya Cerita-Cerita Arab yang dominan, Dakwah pun di desa-desa hanya cerita Agama, rak'yat minim pengetahuan,, lebih-lebih semua takut Cerita berbau Cina, Pada hal kita saudara, Makam Cina banyak digusur, ijin Gereja saja tidak pernah turun, nekat Hancur, Punden/Tempat Leluhur dihancurkann conto Batu di Makam Mbah Jonggo Bukit Karanggayam Trenggalek di Gelundungkan kebawah tapi aneh kembali ketempat nya semula, dan banyak lagi Sarean-sarean tak luput Penghancuran, Ruwat deso juga diberantas di anggap Musrik, bahkan Larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo dilarang Bupati [berita koran] Adat Jawa diberantas HABIS-HABISAN, kebetulan penganut Kejawen banyak dibunuh, Jadi Banyak Orang buta Sejarah sendiri, Jangankancerita Rak'yat, Buku Tentang Bung Karno pun dilarang, semua Buku dianggap Komunis, jadi sejak 1965-2009 adlah 49 tahun bila waktu itu umur 10 tahun sekarang tentu seorang Kiyai umur 59 tahun, mereka tidak kenal siapa Bung Karno Pendiri R.I, Penggali Pancasila, Sejarah benar-benar ditutup, Hingga Reformasi, Nyepi, Waisak Libur Nasional, Barongsai diijinkan lagi, dipedesaan, semua tidak tahu apa itu Budha, jelas tidak ada cerita Sidarta, Konghucu yang Warganya Kawin tidak diberi surat, berita memenuhi Media, Rak'yat dididik Anti Agama selain Islam, Pejabat dengan sinis mengatakan Orang Cina Nyembah Pekkong, ini sangat Mengejut kan ternyata semua tertulis nyata dalam Buku Tan Koen Swie, yang baru awal 2009 diterbitkan sebagai Sejarah Kadiri, Sama ketika 500 tahun yang lalu Orang selain islam dikatakan Kafir/Kufur/Batil/Kawak/Kuwuk dll, kitab Buda, Lontar-Lontar dibakar, 1965 sama juga,- Prof. DR Slamet Moelyana Pakar Majapahit bukunya dilarang, Beliau sampai Mengajar di Universitas Nan Yang Singapura [ majalah Tempo] Jadi apapun berbau Majapahit, Bung Karno, Komik Lokal tidak beredar, justru Cerita Arab, Kepahlawanan Perang Salib anak anak pada Hafal, Perang Arab Israel, dimana Israel dijelek-jelek kan, kita di ajar Larut mengikuti Cerita Timur Tengah khusus cerita Nabi, Komik pun yang berbau bukan Arab langka, kalau tidak salah ada Komik "Serangan 1 maret di Jogja" yang beredar di pedesaan jawa Tengah. Sejarah memang ada, itupun kalangan terbatas, Ada sejarah Senirupa jilid 2 tapi untuk Mahasiswa seni, disitu ada Candi-Candi Majapahit untuk Orang Seni Pematung/Pelukis yang mungkin juga kurang diperhatikan, Hak pengarangpun dibatasi, buku banyak dilarang, pikiran dipersempit/diperbodoh, tidak ada buku perbandingan selain buku cerita Rosul Arab, jadi monoton, Agama pun Monoton, selain Masjit jangan harap dapat ijin, Gereja pun banyak dirusak/dibakar, tontonan kekerasan Agama hingga kini selalu Primadona, Bisa Menghancurkan Sanggar Sapto Darmo, Membakar Kampus/Masjit Ahcmadiah, Ribut Agama melecehkan Agama lain dsb dst dll berita Afdol di TV. Pidato-Pidato hanya kebesaran Arab di pedesaan, Pengajian keliling tiap rumah, nanti orang bikin Acara selain Acara Arab sudah di curigai, sampai Jaranan harus ada ijin, Samroh'an, Terbangan pokok seni Arab bebas. Karena mayoritas, akhirnya sudah sangat menguasai dianggap pedesaan sudah seperti di Arab, Busana pun Arab. ini makin menjadi jadi sampai Warung Buka di Ramadan di TV dipertontonkan Satpol PP ribut sama pemilik warung yang dilarang buka, Orang makan lari terbirit-birit,  dipertotonkan seolah sedang di Arab 1000 tahun yang lalu, di Arab saat ini tidak separah di Negri ini, berita Arab paling Nyoting Para Tenaga Kerja Ratusan tinggal di Bawah jembatan di Arab, Babu Mati ditangisi Keluarganya Petinya baru datang dari Arab, Wanita luka parah pulang dari Arab dikirim Singapura berobat,  Yang Spektakuler itu Abu Ali ditangkap Densus 88 membiayai Teroris, Tapi kini hilang sudah, Pengepungan Teroris diwarnai berondongan Bedil ala Film TV jam 21.00 di Trans/Glogal. di Trowulan Takmir/Imam Karyona Kupluk'an Kaji dan Selempang Kain Arab di Bahunya, bak Pemilik Negara Sliwar Sliwer Memata-matai Pura Majapahit, tempat Leluhur Nusantara, yang dianggap Kegiatan Setan dan Musuh Negara [Arab?], Ada Orang Bali datang cepat menggalang anak buahnya Nyerbu Pura, bukannya Aparat membantu Pura, malah Pemilik Pura Majapahit [korban]di panggil Surat Resmi ke POLRES Mojokerto, Akhirnya 5 Pengacara dari UNTAG mendampingi, dan dari Pengacara kini Hyang Suryo Pemilik Pura/Keraton Majapahit dilarang mendatangi panggilan apapun, tiap panggilan harus diserahkan Pengacara, demikian ironisnya Hidup di Pedesaan, Apalagi Trowulan Pusat Majapahit yang harusnya dijaga, dibuat Percontohan Pancasila, Karena disinilah Pernah Tinggal Mpu Tantular, serta Kebesaran Majapahit, bukan diserahkan segelintir Orang Arab berpisik Jawa, mentrapkan Adat arab 500 tahun yang lalu [Arab sekarang Moderen, Babu ngimport dari sini], Sudah sejak Jaman Dahulu Cerita 1001 Malam Abunawas itu Dongeng Ngibul seperti Lampu Aladin dll, Orang diberi Harapan Punya Jin dan Kaya, padahal Cerita lebih Hebat milik Bangsa Sendiri banyak seperti Pendirian Candi Sewu hanya semalam, Roro Jonggrang, Panji Asmoro Bangun, Mahisasura Gunung Kelut dll Cerita Rak'yat 1001 malam nya Lokal, seperti Pura Majapahit memamerkan Acara Srada /Odalan Zaman Majapahit, dimana tidak perlu biaya Orang tulus iklas Upacara di Candi Yang jelas siapa yang melinggih, ini malah dilarang, memuja Leluhur sendiri dengan Acara asli Majapahit ditangani ahlinya, bukan rekayasa, Tapi dicurigai, memang karena banyak Orang Maling teriak Maling, Orang tukang Nipu orang lain pun dianggap Nipu, memang Nipu itu Hak asasi, Contoh Arab nipu Mati Ngebom nanti dijemput Bidadari, sah sah saja, yang ditipu kan mau ngebom bunuh diri,  risiko nya ada komplotannya dikepung Densus 88 dan mati ditembak. malah ini cocok dengan Karmapala nya orang jawa "Nandur Bakal Metik" istilah keren nya "Menabur Angin Menuai Badai" jadi Pura Majapahit Nyata, Upacaranya ternyata ada di Kitab NEGARAKERTAGAMA ngupacarai Ibu, di Pura Majapahit Ibu Ratu Mas bukan diambil dari kitab Arab, Candi Tempat Leluhur stil Majapahit biarpun kecil, Gapura Rumah Stil Majapahit dan satu-satunya di Trowulan yang memakai Kuri Agung Tumpang 3 yaitu Rumah Majapahit, semua dibikin nyata bukan dongeng, tapi dilarang bahkan ditutup olrh MUSPIKA atas perintah Imam/Takmir Karyono Wakil Arab.

Wednesday, September 23, 2009

KERIS GAJAHMADA PERNAH NYEJAR DI PURI ANOM TABANAN

Pameran Pusaka Majapahit di Bajra Sandhi dilanjutkan ke Puri Anom Tabanan beberapa bulan, Dan Hyang Suryo yang Berabiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI diberi rumah di Kubon Tingguh bekas Kerajaan Majapahit di Bali yaitu Puri/Keraton Arya Kenceng, Pameran/Nyejer Pusaka ini sangat banyak mendapat perhatian masyarakat, Dijaga Kerabat Puri Anom, tiap malam penuh Orang Makemit, Akhirnya waktu Pameran ada Hari baik yang disebut TUMPAK LANDEP mangku Jagatnata dan Kerabat Puri ingin mengupacarai, dan Baru Pertamakali inilah Pusaka Majapahit di Upacarai Tumpak Landep sejak 500 tahun Keruntuhan Majapahit Trowulan, Acara ini cukup meriah, dihadiri Utusan GWK yang mengincar kapan Pameran berakhir, karena sudah di sediakan tempat di GWK, waktu itu Pratima Prabu Airlangga juga ada di Puri Anom, sebelum ke GWK malah sempat pulang ke Jawa lalu dipendak lagi di Gilimanuk eleh Gamelan Mengui, Pura Rambut Siwi dll. di Linggihkan di GWK dimana Beliau di Patungkan, Kembali ke Tumpak Landep: Gusti Ngurah Rake pegawai DLLAJR masih Kerabat Puri Anom disaksikan Banyak Orang didalam Mrajan Puri Anom, Pria Paruh Baya ini tiba-tiba memegang dan mengangkat Keris [Mungkin Keraohan] semua terpukau tidak berani mencegah disisi lain seorang Wanita [Istri Ngurah Panji] Menangis sambil mengeliat grliat sambil bertriak " Awas, Awas de Ngawak..." Gusti Ngurah Rake rupanya juga keraohan karena yang hadir banyak para Sesepuh dari Jawa maka Beliau berkata " Wahai Gajahmada ! Tunjukkanlah Kekuatanmu" dan "GEDABROOOOK" ada suara dimana Keris tadi di ARAHKAN, Orang Panik berlarian menuju kearah Suara, Ternyata Pohon Beringin [berusia Ratusan Tahun] didepan Puri Anom Atasnya Roboh, hampir menimpa Mobil DR. Suryawan, beberapa senti dari mobil, Tak lama Hujan Angin Pohon-Pohon di Wilayah Tabanan pada Roboh semua, Esoknya seorang Tokoh didaerah Tuak Ilang sempat berkata "Lain kali jangan boleh Atu nya nyoba nyoba Keris, kami Orang Bali Percaya dengan Pratima, Tak usah di coba, nanti Duka Bhatara" sambil membenahi Pohon Besar yang Roboh dekat rumahnya. Belum cukup disitu, Kembali ketika Bazar PDIP, Gusti Ngurah Anom minta Menolak Hujan, Oleh Hyang Suryo secara bercanda diajari "Goreskan ketanah tanda Silang, Terus Arahkan kelangit dan ucapkan permintaan" Dengan Serius Sang Gusti Keturunan Raja Bali Arya Kenceng ini melaksanakan Titah, Ketika Keris di Arahkan ke Langit entah apa yang diucapkan, Hanya mulutnya terlihat Komat Kamit membaca entah Mantra apa, Aneh Suasana Gelap, berubah Langit diatas Puri Anom Terbuka Berbentuk Bulat di Sekitar Puri bahkan di Tabanan Hujan Deras Tapi Puri Anom tidak Hujan Bahkan Bazar Sukses sampai Pagi, Para saksi sampai sekarang masih ada, dan bisa ditanyakan. di Jawa Pusaka- Pusaka ini hanya di simpan, di Bali tiap Pusaka di Beri Pejati, Canang setiap Hari, bahkan Baru diupacarai Tumpak Landep yang pertama kali nya sejak 500 tahun, Mungkin Beliau Gembira dan mendapat Kekuatan, menunjukkan Kesaktiannya. Berita ini sampai diberitakan Bukan Media Bali saja, tapi Media Jogja, yang hadir memang banyak dari Jawa juga, Bahkan Keraton Solo, Jogja dan Orang Jawa Masih Percaya kalau Keris ada Isi/Roh nya sesuai Mpu yang membuat dan untuk apa Keris itu di Buat, jadi Kegunaan Keris berbeda-beda sesuai Kehendak Pemilik dan disetujui Mpu nya,- inilah berita Nyata, tulisan ini bukan promosi, tapi mengingatkan kita agar Menghargai Warisan Leluhur, dan memang hanya di Bali Benda-Benda Pusaka di Sung sung, di Upacarai seperti Keris, Pratima, Uang Kepeng dll, Memang banyak yang minta Minta Souvenir Majapahit, Tapi Hyang Suryo membelikan Patung Baru Produksi Trowulan untuk diberikan Touris Mancanegara, Belakangan ada SMS dari Orang yang tidak senang, mengatakan Palsu, memang banyak Keris Produksi Mpu masa kini yang di jual kepada Touris, tentunya yang Asli dilestarikan agar tidak Punah, Di Madura ada Pabrik Keris di Aing Tong-Tong Hyang Suryo pernah di Undang kesana, disambut Tari Ngibing, pesta Gule, olaeh Bapak KH, Ruksam, sepulangnya dari Aing Tong-Tong, Karena dikunjungi Hyang Suryo, Listrik dan Telepon masuk desa itu, Penduduk banyak yang berterimakasi padahal kebetulan saja berkunjung bersama Pejabat,- Jadi marilah kita lestarikan Budaya Kita Yang Adiluhung, Memang di jawa Kurang Mengerti Pelestarian sampai Musium Radiyapustaka Solo Patung-Patung Perunggu Asli banyak ditukar Patung Produksi Trowulan, Asli nya hilang, mungkin di jual, hingga Polisi memintai Pembuat Patung Kuningan Trowulan Keterangan, siapa pemesan Patung di Solo [Berita koran] untuk itu Hyang Suryo Jarang menunjukkan Pratima karena sudah di Linggihkan dan di Upacarai, kalau ada Orang minta ya dibelikan saja untuk Souvenir, Kalau Sungsungan kan tidak bisa di minta? Pernah Pratima Sungsungan diminta oleh Ibu Erna seorang Pengusaha Diler Mobil dan buka Ayam Taliwang di Sanset Road, lalu oleh Hyang Suryo diberi Patung Baru Buatan China, tapi ditolak, dia minta Patung yang di Sungsung, akhirnya Biokong Pura memberi penjelasan bahwa Adat Bali Pratima yang di Sungsung tidak Boleh diminta, inilah parahnya Orang sekarang "Sing Nawang Unduk" ya kita maklum Majapahit dijawa 500 tahun hilang baik adat budayanya, Pratima dianggap barang yang bisa dibeli, Pura Majapahit dianggap Toko Antik, barangnya bisa di Beli, ini sangat menyedihkan, memilukan dimana Leluhur dianggap Barang Dagangan, Tapi kita harus Maklum, kalau di Trowulan malah di anggap tempat Setan sampai ditutup, Untuk jaga-jaga Orang minta memang harus disediakan Art Shop, dipusat Informasi Trowulan juga sudah ditulisi "Art Shop Majapahit" [belum dibuka] nanti bila pengunjung ramai Art Shop menyediakan Souvenir/Cindramata jadi kita maklum untuk Orang yang di Jawa kurang paham, semua dinilai uang, bila antik dijadikan uang, sampai Barang baru pun di proses biar antik, inilah Kekayaan Budaya kita yang dikagumi Dunia, kita Bangga Barang-Barang kita di Gemari Dunia, Kalau Bali lain Touris tidak Melihat Tuanya Barang, tapi Seni nya hingga Orang Bali tetap berkarya membuat Patung, juga Trowulan kini membuat Patung-Patung Batu yang laris dijual ke Bali dan Manca,-Semoga dengan membaca ini kita semakin Bangga Dengan Leluhur Majapahit Yang pernah Menyatukan Nusantara dengan BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DARMAMANGRUWA kini dipakai Dasar Negara yaitu Pancasila yang digali Bung Karno Pendiri Negri ini. dari kitab yang lestari di Bali yaitu SUTASOMA. Semoga Sri Paramitha / Ibu Nusantara Memberikan Kita semua yang percaya KEJAYAAN selama BULAN dan SURYA masih ada. Demikianlah Hidup di Dinia Rwa Bineda, ada Siang ada Malam, ada Laki ada Perempuan, Ada yang senang ada yang Benci semua harus dihadapi dan tetap berpegang Petuwah Leluhur "BECIK KETITIK OLO KETORO" dan melaksakan "MGELURUG TANPO BOLO MENANG TANPO NGISOR'AKE  SUGIH TANPO BONDO SAKTI TANPO AJI" adalagi    "OJO DUMEH" bangsa kita banyak punya Sanepo Bahasa kita 8 Tingkatan: contoh Mati, Modhar, Sedho, Praloyo, Bongko, Pejah, Sare, Tiwas, dll. Negara mana yang punya istilah sebanyak ini?  lagi Makan: Mangan, Mbadog, Nyekek, Nguntal, Nedo, Nunas, Ngajeng, Ngiyun, Dahar, dll,- dari Bahasa kita Kaya, Negara juga Kaya punya: Mas, Perak, Tembaga, Nikel, Pasir Besi, Minyak, Elpiji, Kayu, pokoknya lengkap didunia luar tidak ada,- Di Timur Tengah Negara sudah Mengelompok ke ISME jadi sulit bersatu Contoh Arab Negara Kelompok WAHABI, Irak kelompok SIAH, Iran kelompok SUNNY, Afganistan kelompok TALIBAN , Kurdistan kelompok KARBALA dll, lalu islam Indonesia ikut yang mana? kalau ikut WAHABI ini parah tidak percaya Sejarah itu Rumah Nabi Muhammad dihancurkan di buat Mal agar Nabi tidak di Kultuskan/dipuja/disekar dll. TALIBAN? sama itu Patung Budha Ribuan Tahun di Hancurkan tanpa Perduli Peradapan Manusia, Bahkan Candi Borobudur pun di BOM 1983, Bali di Bom 2X yang baik kita lestarikan budaya kita yang adiluhung saling menghormati, dan Maap ini bukan Pura Majapahit Trowulan di Tutup nyiarkan Persatuan, tidak sekali lagi tidak, kita gara-gara ditutup malah Maju, bahkan kita berterima kasih pada yang nutup, bila Odalan Dekat, tanpa membuang Uang Transport ke Trowulan, Uang di Ful kan ke Banten Odalan, Matur Suksma, [Gusti Heker cs]

PURA IBU MAJAPAHIT SAMBUT PARLEMEN SE DUNIA


Berita Mangkunegaran Mbangun Tuwuh : Dalam rangka menyambut Kunjungan Delegasi Parlemen se Dunia di Bali, di Tanah Lot dadakan Gebyar Seni Budaya & Parawisata Indonesia 2007, Pura Ibu Majapahit Jimbaran diminta ikut dalam Gebyar ini dengan Pameran Pusaka Twin Exbition [Pusaka Kembar], Pusaka Majapahit ini diantaranya Keris Gajahmada Yang waktu Berada di Puri Anom Tabanan Pada hari Tumpak Landep berhasil merobohkan Pohon beringin dengan hanya ditudingkan dari jarak 200 m oleh Gusti Ngurah Rake [Peg, DLLAJR], Panitia Gebyar seni Gusti Agung, dan Mangku Dewa Bayu menjemput Pusaka ke Pura Majapahit Ibu [Candi Singalayapura], ternyata malah Keraohan, Juga Mangku Hasil juga keraohan Gajahmada [ada VCD nya]. Akhirnya rombongan berangkat menuju Tanah Lot tempat Gebyar Budaya, Sampai di Tanah Lot keadaan Para Peserta Gebyar lagi Panik, mereka mau membatalkan Pameran, Disebabkan Malamnya lokasi Pameran diserbu Wereng/Kepik/binatang sebesar Lalat Ijo berjuta-juta hingga kalau ngumpul menjadi gundukan setinggi 1 merer, GRP. Nokoprawiro sambil menurunkan Keris-Keris Pusaka dari mobil berkata " Tenang, ini ada Keris Penolak Wereng, Penolak Hujan, Penolak Penyakit dll"  Peserta dari Jawa Bali khususnya dari Jogja sangat percaya karena Keris Gajahmada sudah dipublikasikan di Media Jogja, Akhirnya dengan Ragu-Ragu Pameran dilanjutkan, para peserta menata tempat masing-masing, Malam harinya aneh, tak seekor Werengpun Hadir. Sri Wilatikta Brahmaraja XI atau lebih dikenal Hyang Suryo ketika datang malam itu diberi tahu Para peserta Pameran, dijawab "Ah, jangan cerita bohong, mana Werengnya?" Ada Peserta menunjukan HP nya, karena Hyang Suryo tidak bawa Kacamata, ya dijawab enteng, "Mana, Buktikan mau saya lihat"  sambil keluar jalan-jalan mau melihat Wereng tapi tidak ada, Para peserta tetap ngotot cerita semalam banyak Wereng. Pameran yang dimulai 30 April 2007 ini, Pusaka-Pusaka Majapahit juga sempat dilihat Ibu Megawati Soekarnoputri, Para Mentri, Para Prjabar Negara, Bupati se Bali, Pemuda Pemudi Hindu se Dunia, Delegasi Perlemen se Dunia dll. Delegasi Parlamen se Dunia dengan Aman Diner, melihat Kecak, Tari-Tarian dll Tanpa diganggu Wereng, Pameran ini direncanakan 3 bulan, Banyak Orang Bali yang datang Karaohan yang mengatakan Harus ada Pelinggih Gajahmada, masak Gajahmada di Kemah?, Untuk mengikuti Adat, dibelilah Pelinggih Kecil seharga 125.000 rupiah dan diletak kan di Batu Belah, sebuah Gundukan Batu didepan Tanah 50 hektar milik Investor dari Jakarta, masuk desa Belalang dan Dari Kemah Pameran kelihatan Jelas, Pameran masuk Desa Beraban, setelah ada Pelinggih Kecil itu, Pameran sesuai Adat Bali, Gajahmada ada Pelinggihnya, tiap tamu ditunjuk kan itu lho Pelinggih Gajahmada, Masak di Kemah, Banten Upacara dibuat Puri Anom Tabanan Gusti Ngurah Panji [Keben nya bagus dihias manik-manik masih dibawa Mangku Noko], Mangku Alas Angker, dan banyak yang nyumbang Bebanten, mereka senang, habis berkunjung Pameran Berdo'a di Pelinggih Kecil itu, Bapak Babinsa yang mewakili PANGDAM sangat mendukung bahkan menjelaskan Batu itu, wilayah desa Belalang, nanti kalau Investor Jakarta Komplain akan dijelaskan, Bahkan ada Pengusaha yang kenal Investor tsb, hadir di Pameran dan kenal Pemilik tanah, bahkan akan melaporkan ke Jakarta, juga mengatakan Orangnya Baik, tidak mungkin komplain, Sebab mungkin senang Batu Belah didepan Tanahnya ada Pelinggih Gajahmada. Pameran berjalan Lancar, tiap Orang Bali habis sembahyang langsung berjalan ke Pelinggih yang cukup jauh tapi kelihatan dekat, Aneh lagi Ada Pelangi di Pelinggih, ini disaksikan Rombongan Mahasiswa/siswi Universitas Mahendradata dibawah pimpinan Gusti Arya Wedakarna yang juga Ketua Pemuda Hindu se Dunia, Rombongan ini yang jumlahnya Ratusan akhirnya mandi dibawah Pelangi yang Sinarnya Masuk membumi, Jadi ketika mandi seolah memasuki Alam Lain, Juga Brahmaraja ikut mandi mendampingi Pemuda terpandai di Dunia ini [Nyabet 5 Penghargaan MURI] dan DOKTOR termuda di Dunia [26 th] juga REKTOR termuda Didunia. Akhirnya Pameran tidak jadi 3 bulan, 15 Mei 2007 Pusaka-Pusaka Majapahit diiring Pulang Ke Pura Ibu Majapahit Jimbaran, pada Keesokan Harinya Pemangku GRP. Nokoprawirodipuro sekitar jam 17.00 menyerahkan HP nya kepada Brahmaraja XI kebetulan banyak Tamu membahas Pameran yang sukses, "Ada yang mau bicara" jelas GRP. Noko, didepan Orang Banyak HP diterima, Bagaikan disambar Petir Brahmaraja XI diperintah oleh suara di Telpon kalau Pelinggih Gajahmada nya supaya di Bongkar, Penelpon mengaku dari Badan Otorita Tanah Lot, Brahmaraja XI menjawab kalau Tanah Lot masuk desa Beraban , sedang Pelinggih masuk desa Belalang kan Lain wilayah? lalu dijawab "Tolong di Preline saja Pak", HP oleh Brahmaraja XI diserahkan Mangku Noko agar di urus, apa maksud Orang tak dikenal tersebut. Akhirnya Brahmaraja meditasi dan berkata: " Leluhurku, Hyang Mahapatih Hamengkubumi Pemersatu Nusantara, Ada orang yang tidak senang akan Keberadaanmu di Pantai Selatan Bali, Pelinggih Mu disuruh Mempreline" habis berdo'a Datang Ombak besar di Batu Belah, Pelinggih Hilang  Tanpa bekas disapu Ombak setinggi 7 meter [Laporan Penduduk kepada Mangku Noko juga ada esoknya] Akhirnya Banyak Orang termasuk Bpk. Abdi Negara Walaka PHDI, Gusti Nengah Jero Jaksa Tabanan, Gusti Kukuh Putra Gusti Madan Ahli Srada Puri Sunantaya Penebel dan banyak lagi ingin membangun kembali Pelinggih itu, Brahmaraja tidak setuju "biarlah Beliau sudah mempralina Diri tidak usah dipikirkan", Demikianlah yang aneh di TV disiarkan beberapa hari kemudian desa Beraban ada Orang Tewas kena Flu Burung, Desa Beraban Tanah Lot kemasukan Flu Burung. Rencana Gusti Raden Panji Noko Prawirodipura, Bila di Batu Belah ada Pelinggih, kelak bila Investor sudah membangun Hotel di Tanah tersebut, tentu diatasnya bisa minta 2 are untuk tempat Upacara Gajahmada, ini Kelak, entah kapan, Itu dulu, kini kan sudah tidak jadi Tulisan ini tinggal kenangan sejarah bahwa di Batu Belah Pernah Melinggih Gajahmada biarpun 2 minggu, Wilayah Kuta, Nusadua sudah penuh bangunan dan Hotel, kemana kita berdo'a dipinggir Laut, Coba di Batu Belah tidak di Pralina, apalagi yang melinggih GAJAHMADA pemersatu NUSANTARA, biarpun Batu yang pecah ini simbul diatara pecahan itu dibuat Pelinggih sang Pemersatu agar Negara tidak Pecah, memang kalau dilihat secara Duniawi ya kecil hanya Pelinggih Orang Lacur seharga 125.000,- rupiah, Tapi maknanyanya Besar, karena Pameran mendadak jadi tidak bisa diputuskan dengan Rapat-Rapat, Pameran di Kemah, dari kemah kelihatan Batu ditengah Laut, Adat Bali Pura Majapahit kok di Kemah? akhirnya dibuat kilat, kebetulan Pemilik tanah, Bos Besar di Jakarta, masak batu yang pecah depan tanah nya tidak boleh dipakai Pelinggih Pemersatu Nusantara Gajahmada? Berita Mbangun Tuwuh Majalah Pura Mangkunegaran Solo hanya Berita Global Pameran yang di Kunjungi Ibu Megawati, ini kemudian ditambah Detail Berita, dan diceritakan kembali untuk dijadikan Sejarah bahwa Keris Gajahmada, Pratima Ratu Mas, dan Pusaka-Pusaka Majapahit pernah "NYEJER" di Tanah Lot untuk menyambut Delegasi Parlemen se Dunia, Pemuda Hindu se Dunia dll. juga bisa MENOLAK WERENG hingga tidak memalukan DUNIA para TAMU DINER dikroyok WERENG,- [Gusti Heker]

RUWATAN MASAL DAN KELUARGA MAJAPAHIT BALI

Berita dari Mangkunegaran Majalah Mbangun Tuwuh Pimpinan Kanjeng Pangeran Sontodipuro: Pada Hari Rabu 15 Oktober 2003 Hyang Bhatara Agung Suryo Wilatikto Brahmaraja XI Memimpin Ruwatan Masal di Bali, Dengan di dampingi Prabu Darmawangsa dari India [Memasangkan Mahkota Wisnu kekepala Hyang Suryo ketika akan  Meruwat]  Mangku/Guru Balimula [motong rambut]dan Mangku Pura Dalem Menguwi ikut membantu, Ruwatan ini adalah yang terbesar dan Pertama sejak 500 tahun Keruntuhan Majapahit, Juga menggunakan Wayang asli Majapahit dari Menguwi. Yang sudah berusia Ratusan tahun, Ruwatan ini bertujuan membersihkan dan menyucikan Jiwa Raga Komunitas Bangsa agar terlepas dari segala macam tidak keberuntungan dalam menjalani kehidupan. Dalam Ruwatan ini Hyang Surya [mengenakan Mahkota Wisnu India] menumpangkan CAKRA senjata Bhatara Wisnu diatas kepala yang diruwat, Sementara itu Prabu Agung Dharmawangsa memerciki dengan Air Suci yang diambil dari mata air seluruh Dunia,  Mangku Bali memotong Rambut yang diruwat dan dilarung ke Laut. Sebagai simbol pelepasan segala ketidak baikan dan ketidak beruntungan. Acara ini Menurut Hyang Bhatara Agung Suryo tidak ada hubungannya dengan Agama, tapi mutlak budaya yang berlaku sejak jaman nenek moyang kita. Masyarakat Bali, maupun dari Jawa berjejal jejal mengikuti Ruwatan Geratis ini, [yang kaya nyumbang Banten Ruwatan] Panitia Ruwatan  DR. Ignatius Sony [lulusan Leiden], dibantu  DR. Suryawan [Forum Studi Majapahit], Romo Yanto [Kejawen], DR. Tjandra, Bunda Mercia dll, para Pakar ini juga mendanai agar Orang tidak mampu bisa ikut Ruwatan. Diadakan dihalaman Hotel Sindhu Sanur Bali. [Membuang Rambut Ruwatan dekat] GM Sindhu Drs. Sordjarwo juga ikut Sponsor.[memberi kamar Gratis Buat Hyang Suryo] Sebelum Ruwatan di Bali, Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto juga dipercaya Meruwat Kota Kadiri Jawa Timur. yang juga diikuti Tokoh-Tokoh Bali. Setelah mengadakan Ruwatan terbesar Abad ini, di Bali, Bhatoro Agung Wilotikto / Sri wilotikto Brahmaraja XI kembali mengadakan ruwatan Keluarga di Rumahnya di Buleleng. Puri Pide / Keraton Lama 1829 / Rumah Raja /Tjakra Tanaya Graha  depan Pura Desa, Sebelah Pura Melanting Sukasada Singaraja pada bulan Januari 2006, Ikut diruwat: Gusti Teken [ Sesepuh Bali Utara/Musium], Gusti Latria [ Adik Pahlawan Let Kol Wisnu], Gusti Kukuh [ Puri Sunan Toya Tabanan], Gusti Ngurah Pide [ Ketua Keraton Tanaya] Gusti Nengah Prawiranegara [Tabanan], DR. RM Moedjiono [Dosen IKIP] asal Jogja,  DR. Gusti Arya Sunu [Dosen IKIP], Para Gusti dan Parameswarinya dll. Mangku Teratai Bang ikut membantu dan Rombongan Pura Majapahit GWK dibawah pimpinan Gusti Kampial. diakhir Ruwatan Gusti Teken, Gusti Arya Sunu dan Para Mangku membuang Rambut Para yang diruwat ke Laut di Pura Segara tepat jam 24.00 malam. Tambahan  Saat itu para Tokoh di Singaraja menginginkan terwujutnya Patung Ganesa dan Hyang Bhatoro Sri Wilotikto meminta agar Patung Ganesia Majapahit di Sung sung di Singaraja, dan akhirnya terwujut Patung Genasa Tertinggi di Asia lebih dulu dari GWK tempat Pura Majapahit, Patung ini masuk MURI dan diresmikan 12 Februari 2006 Sri Wilatikta Brahmaraja XI dan Ibu Sukmawati Soekarnoputri menandatamgani Prasasti Peresmian dihadiri seluruh Dunia, Dalam Sambutannya Brahmaraja XI, mengatakan justru mengapa Singaraja bisa cepat mewujutkan Ganesa? Karena Seorang Ibu Singaraja pernah melahirkan Ganesa, siapa itu Ganesa? dialah Bung Karno, Orang tersakti dan Terpandai seperti Dewa Ganesa, Gelar DOKTOR Bung Karno 26, bukan main, Ditembak, di Bom, di Penjara, di Buang Luar Jawa tetap sakti, dan tidak Kapok berjuang, ya akhirnya kalah oleh Akal-Akalan Bangsa sendiri, Beliau Tewas dalam Tahanan Negara yang didirikannya sendiri ya itu REPOEBLIK INDONESIA, ironis. Di Trans TV Acara Ruwatan/nolak hujan dibahas dalam "Acara Halal apa Haram" dari kacamata MUI acara ini.... Tanya saja Trans TV. apa kata MUI,-*** Memang acara ini Warisan Leluhur Bangsa kita sendiri, Percaya atau tiudak itu hak Asasi Tapi kalau Sudah Dosen, Turunan Raja Majapahit Bali yang bangsa sendiri percaya , Orang/Negara Agama Luar Indonesia seperti Arab[maap Negara Arab sih tidak pernah ikut campur] yang bangsa kita sangat menyucikan sebaiknya menahan diri,[jadi untuk orang Indonesia berjiwa Arab] untuk tidak terlalu anti, sebab Anda Tinggal dibumi Nusantara dulu milik Leluhur kita sendiri sebelum Ada Agama Rasul yang baru masuk Abad XV tahun 1500 an 500 tahun yang lalu, terbukti setelah Kerajaan Islam memegang Negri ini cuman 75 tahun dan BELANDA yang Kristen berhasil menguasai 350 tahun, Jepang 3,5 tahun Merdeka 69 tahun coba dihitung ulang, Dan Tentara Matahari Terbit Jepang justru drngan mudah mengalahkan Belanda, dan mendidik Bangsa kita jadi Tentara Pembela Tanah Air [PETA] cikal bakal TNI, ini kan nyata. Kasian Jepang dan Para Pejuang  yang menyetujui Pancasila Dasar Negara, sekarang berubah Syariat Islam, Sanggar Saptodarmo dihancurkan, Dayak Hindu Buda dibubarkan, Gereja di BOM, Pura Majapahit Trowulan di tutup, dll dst dsb, Padahal ada UU HAM, UUD 1945, semua kalah oleh Qur'an dan Hadist. Bali di Bom 2X, Jawa berulang-ulang, Banyak bangsa kita ditembak jadi Teroris, Arab nya ada tertangkap membiayai Teroris. itu malah Mbambung tinggal dibawah jembatan Di Arab, bahkan banyak yang pulang mati, cacat, dikirim ke RS Singapura karena lukanya parah, dll dst dsb. Hidup di negri sendiri ingin melaksanakan adat sendiri, malah dilarang bangsa sendiri, dengan hukum negri Padang Pasir, ironis, ironis....

ABISEKA RAJA MAJAPAHIT MIRIP DENGAN ABISEKA RAJA CHINA


Abiseka Raja dilakukan biasanya pada usia 4 - 6 tahun, Putra Mahkota biasanya Mendapat Nama Abiseka sejak kecil, kemudian disimbolik kan Raja di daerah, seolah menjadi Raja padahal hanya Simbolis saja. Contoh semua Putra Putri Raja Majapahit di simbulkan BHATARI DAHA, BHATARA KADIRI, BHATARA KAHURIPAN dll. Mereka dipersiapkan bila sewaktu-waktu keadaan Gawat Simbul Raja Harus ada, seperti main Catur Raja harus hidup terus, bila tidak ada Raja semua tidak berfungsi, Contoh Aisin Yeklo Puyi Raja terakhir Cina The Last Emperor 1909 - 1990 di Abiseka usia 4 tahun, jadi sudah dianggap Raja padahal yang memegang Pemerintahan Perdanamentri dan pejabat Ahli sesuai bidangnya. Tribuwana Tungga Dewi Bhatari Daha lebih dahulu, Gajahmada juga Patih Daha, Begitu Raja Jayanegara Wafat sudah secara cepat ada yang menggantikan agar tidak fakum, Bali tiap Kota ada Rajanya Cokorda untuk simbul, Jogja, Solo tapi sekarang hanya simbul Keluarga Besar saja. Kerajaan Majapahit 1400 Saka diserang Demak dan Runtuh Sirna Ilang Kertaning Bumi, dengan cepat Raja Kadiri Sri Aji Wijaya Kusuma / WisnuwardhanaVIII yang sejak kecil usia 6 tahun sudah di Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja V segera naik menjadi Raja Majapahit mengisi kekosongan Agar Dunia tetap mengakui Majapahit masih ada, terbukti Biarpun Kerajaan Islam Demak Memproklamirkan diri, Dunia masih mengakui Raja Majapahit masih ada yatu di Kadiri. Nama Abiseka untuk simbul saja yang lebih dikenal nama se-hari hari, contoh : Airlangga, Wijaya, Jayanegara dll. Raja adalah simbul, semut , rayap, Tawon, celeng, Ular dll punya Raja, Dunia Juga Negara maju punya Raja: Ingris, Jepang, Thailand dll dan Pemerintahan dipegang Perdanamentri, Arab saja tidak pakai Perdanamentri karena karena malu niru jajahan nya Majapahit, justru Dunia niru Majapahit dengan Gajahmada Pemersatu, Arab timur tengah tidak perlu karena terpecah-pecah dikuasai satu kelompok saja, Arab kelompok Wahabi, Iran Kelompok Suny, Irak Kelompok Siah dll jadi tidak perlu persatuan atau Perdanamentri. Amerika sistem Negaranya mirip Majapahit, Tiap negara Bagian ada Presiden nya Argentina, Mexiko, Chili dll, tapi Ada Presiden Pusat Amerika Seikat Obama, Majapahit yang ditiru Dunia juga Banyak punya Raja seperti Bali, Lombok, Sumbawa, Sumatra/Swarnabumi dll tapi ada Raja di Raja Prabu Hayam wuruk. Cina juga banyak Raja tiap daerah Tapi ada Raja Pusat nya. Raja itu biasanya Turun temurun/Dinasty, paling hebat Jepang TENOHEIKA turunan Matahari sampai detik ini dipuja Rak'yat nya, padahal Moderen dan bisa bikin alat Canggih, Honda, Yamaha, Sony, Mitsubshi dll mereka memegang teguh budaya percaya Matahari negaranya sangat maju,  Iran dulu Raja Shah Iran moderen A.L nya terkuat di Tmur Tengah, ditumbangkan Ayatullah Komaeni akhirnya penduduknya pakai jilbab semua, Cina biarpun Presiden tapi tetap sistem Perdanamentri, Singapura, India, Prancis dll jarang Orang tahu siapa Presidennya, yang tampil Perdanamentri, jadi sistem Catur, Raja hanya simbul pemersatu bisa diterima semua pihak. Shsh Iran biarpun tidak punya Negara tetap melantik Putra Mahkota di Hotel agar simbol Iran tetap ada. Majapahit biarpun dianggap tidak ada masih eksis Keluarga Besarnya punya Simbul Ketua/Raja. contoh masih ada Sri Wilatikta Brahmaraja XI satu-satu nya di Dunia masih memakai Ageman Siwa-Buda, lain Orang sudah memegang Agama Resmi yang diakui Pemerintah yang Syah. akhirnya dianggap Budaya untung ada mentrinya sekarang biarpun demikian masih di GEBUK Agama paling resmi yang punya Mentri Agama satu-satunya di Dunia. Kembali ke Raja, mempersiapkan Putra Mahkota saat ini sulit karena Kerajaan sudah tidak ada, hanya lokal yang jarang mendapat perhatian, sebab Orang Ke Aku an nya sangat besar, adat Unggah Ungguh hilang kena adat Arab, Penghormatan kepada Para Leluhur / Dewa yang Mengayomi para Keturunan untuk Berjaya selama bulan dan Surya bersinar dianggap Musrik, yang disembah hanya Allah, padahal simbul Bulan Bintang ciptaan Allah dipakai, nanti ada Orang Muja Matahari Musrik, Untung Jepang sulit dijajah Arab harus melalui Cina dulu baru bisa ke Jepang, hingga Jepang satu-satu nya negara mengakui Turunan Surya/Matahari dan bila bertemu Hyang Surya sangat cocok dan menghormati sebagai saudara satu-satunya di Dunia yang berkeyakinan sama. Kini Raja Jepang Akihito dulu masih Pangeran Akihito dan Pacar nya Putri Michiko 1962 pernah ke Bali. Semua Tamu Negara oleh Bung Karno selalu ditemui di Bali dan kebetulan Dunia mengenal Bali yang unik yatu melestarikan adat Majapahit, Bali dikenal Dunia dengan upacaranya yang tiada duanya. dimana sisa-sisa Majapahit masih berdiri Tegak duplikat Pelinggih Leluhur Majapahit tetap dilestarikan bahkan selalu di rehap karena kelebihan uang, penduduk nya tidak ada yang naik Haji, jadi uang muter utuh untuk Upacara, uang lari ke pasar dinikmati bangsa sndiri, Dolar masuk muter di Bali ujung-ujung nya untu merehab Pura tempat leluhur dan Upacara nya yang mengagumkan, Menurut Orang islam bahkan dibilang uang dibuang untuk nyuguh setan, hingga Pura Majapahit Trowulan ditutup tidak boleh Upacara, tapi yang mengagumkan Bali tetap  Tentram bahkan tidak ada Orang Bali mati /tinggal dibawah jembatan di Arab, bahkan Bali malah di Bom 2X tapi tetap Dunia mencintainya, Tanah yang tiap hari diberi Sesaji yang semua untuk Leluhur terbukti bisa memberikan Kerahayuan selama Bulan dan Surya bersinar. Kembali ke Putra Mahkota, sekarang Adat Majapahit masih juga dipakai Partai Politik juga menyiapkan Putra Mahkota, PDIP punya Putri Mahkota Puan Maharani, sayang Pemilu yang lalu belum dilepas Ibunya,  PKB Gus Dur Yeni sudah dilepas ngatur Partai sayang kurang didukung,  Golkar  sudah didatangi Putra Mahkota Cendana Tomy'. Mempersiapkan Putra Mahkota sejak dini memang perlu, agar tidak kelabakan dan terjadi fakum. Untuk Putra Mahkota Kerajaan Majapahit sangatlah sulit, bayangkan Abiseka persiapan usia 6 tahun, Kalau gagal? harus mengerti Adat Siwa-Buda praktek, lalu kemana Praktek nya sekarang? dari usia enam tahun mengikuti adat dan dididik Guru Majapahit asli, sekarang ada tapi berat harus lulus IHDI dulu terus ke Cina/Tibet belajar Budha belum praktek nya, berapa Biaya harus di keluarkan? sebuah Puri/Keraton salah satu anaknya usia 6 tahun di program malah jadi Resi/Pinisepuh ngajar Orang Meditasi dan muridnya Banyak, ada lagi malah Kepalanya Gundul jadi Sangha Agung Budha dan ngurus Agama Budha di Jawa, Odalan jarang ikut, Lingkungan sekarang sangat lain dengan dulu, semua uang, padahal tidak boleh membeli Ilmu karena smua harus keiklasan harus dekat Alam Niskala hingga Seimbang Sekala nya, Juga banyak Orang berpenampilan Orang Sakti tapi ternyata Niskalanya minus, Ada Orang Lulusan Luar Negeri Pinter sundullangit juga Niskalanya mines, Lagi ada Mangku pertapa bisa dialog dengan Macan Kebon Tingguh, tapai dianggap gila, tidak pernah sekolah, jadi memang benar ini jaman Edan ora ngedan ora Keduman, lha Pura2-ngedan ternyata Edan beneran. AA Ng. Darmaputra SH ngawal Hyang Suryo ke Besakih," Kalau Anda Orang Majapahit mesti punya simbul ini", sambil menunjukkan Uang Cina/Kepeng  kalung sang Mangku, tiba-tiba " KLONTHANG" ada uang cina/kepeng sebesar Piring jatuh, ini cerita benar apa tidak tapi Darmaputra SH masih ada orangnya  masih sehat kerja di Perusahaan Belanda dan cukup ilmiah. kejadian th 80 an, mungkin sekarang sulit terjadi situasi kondisi berubah, belakangan Mangku di besakih tewas ditusuk Mangku gara-gara Ayam jago di Pura Arya Kecng, sekarang KLINTING taji yang jatuh dari tangan Mangku.        inilah sebuah cerita Masalalu dimiripkan masa kani ya ada kemiripan juga.

Monday, September 21, 2009

PURA MAJAPAHIT GARUDA WISNU KENCANA/PRABU AIRLANGGA


Pura Majapahit GWK berupa Padmasana sederhana yang dibeli hanya 200.000 rupiah [Penulis ikut membeli] Pelinggih ini Stana Prabu Airlangga [dibuat nama Universitas Airlangga Surabaya], Ayahnya Prabu Udayana [dibuat nama Universitas Udayana Denpasar], Ibunya Dewi Mahendradata [nama Universitas tertua di Bali dan Nusatenggara: Universitas Mahendradata jl. Ken Arok Denpasar], Dilinggihkannya Pratima Prabu Airlangga dari Pura Majapahit Jawa, pada tahun 2004, Upacara Ngenteg Linggih, Odalan, Caru dll. Dipuput Ida Pedanda Buruan Bang Manuaba, Bebanten Odalan dibuat oleh Gusti Subawa yang juga muput sebagai Pendeta Budha, Gamelan Upacara milik Hotel Wina Juga nyumbang Banten Odalan, Gamelan Br. Giridarma sumbangan dari GWK. Odalan Umum Purnama Kelima dan selalu terus diadakan, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba pernah muput di Pura ini 5X, Ida Pedanda Wanasari Pemilik Bukit In juga pernah datang muput [Hyang Suryo diberi gratis tinggal di Hotelnya depan Pak Kepala desa Ungasan],  Pura ini juga merayakan Waisak yang dipuput Ida Pedanda Manuaba, Gusti Subawa, Biku Acun, Bante Putu dari Surabaya. Odalan IMLEK juga dirayakan Di Puput Ida Pedanda Manuaba yang mengaku Pedanda Majapahit [Darmawacana mengatakanAgama Hindu lahir 1961], Sebuah Candi Budha hasil Karya Ngayah Penyungsung, pembangunan dikerjakan bersama oleh Antaralain: Biku Sin/ Sidarta Indrajaya [Nama di TVRI] ikut masang bata, Mpek Hongci Pendeta Bun Bio, Bpk. Cunfe,Lim Peng Hong, Hartono[Pasuruan], Bante Putu[Surabaya],Komang Artanegara[ saya sendiri pegawai GWK] dan Masyarakat bergotong royong membuat Candi ini.

Pada Hari Tumpak Wayang Odalan lokal Candi ini, dan terus diupacarai. Padmasana Wisnu Odalan lokal Prangbakat, karena di cor Pas hari Prangbakat, dan selau diupacarai Kecil maupun besar Odalan nya tergantung sumbangan Banten Odalan Para Penyumbang, pernah Prangbakat disumbang Ful Banten Odalannya oleh Cok dari BRI [diborong tanpa bayar]  Tiap Kelompok bisa memborong Banten Odalan tanpa memberatkan Pura Majapahit, Jadi Pura terima bersih tanpa keluar uang se Sen pun, para penyungsung lah nyumbang Odalan, Gamelan, Tarian, Wayang datang sendiri, dan Leluhur Prabu Airlangga tidak pernah Ngemis, minta di Sungsung dll, ini untuk menangkal Penjelasan Kelian yang mengatakan tidak disungsung warga Giri Darma yang Bohong Besar, Pura tidak pernah mendata warga yang hadir, tapi Ke iklasan. Nyatanya Gamelan Giri Darma main di Pura, Anak-Anak sore hingga jam 20.00, sedang Orang Dewasa/Tua jam 20.00 hingga Larut malam, sekarang Seke ini Bubar setelah dipegang Kelian yang memberi penjelasan di Media Tentang Pura Majapahit Tidak di Sungsung warga, Aneh dan Lucu Bhatara Wisnu disuru Ngemis agar di sungsung? Juga Untuk menangkal Penjelasan AMPLIK Ketua PHDI Kuta selatan menuduh tidak makai adat Hindu, kami akui Hindu lahir 1961 jadi Odalan,Caru, Ngenteg linggih adat Majapahit dulu dianggap bukan adat Hindu [yang lahir 1961 menurut Ida Pedanda Bang Manuaba], Ida Pedanda Telabah, AA ng. Darmaputra SH hampir saja menuntut Amplik, Yang dijelaskan Brahmaraja XI bahwa mungkin maksud Amplik benar, Amplik mungkin tidak pernah Odalan, cukup memakai Lilin menyala [Api], Selembar [Daun] dan segelas [Air], sesuai Weda dari India, yang dikatakan cukup Api, selembar daun dan Air sebab Weda India Utara Salju/Pegunungan Himalaya tidak seperti disini yang subur makmur banyak Buah, Padi, Ketan, Jaje, Busung [Ibu Amplik juga jualan Busung] dll. Jadi dengan penjelasan ini Kemarahan Umat reda, bahkan banyak yang tersenyum [Sesuai permintaan Polisi agar maredam kemarahan umat]. Bulan depan Odalan yaitu Purnama Kelima, Pura Majapahit sudah tidak Mengedarkan Undangan lagi nanti dikira Prabu Airlangga Ngemis. Cukup kesadaran Yang Ngundang/Penyungsung/Simpatisan jawa-Bali dll.

Bahkan Dari Tibet sudah tahu dan pernah hadir, Universitas Mahendradata, Waktu Peresmian Pura Ibu Jimbaran Banyak Utusan Dari Cina pakai selempang hadir ikut kirap Pratima ke Pura GWK, Puri-Puri/Griya-Griya cukup banyak yang Nyumbang, Juga masyarakat Ungasan-Jimbaran selalu ngayah sejak dulu termasuk saya [penulis] yang tidak perlu didata dan dilaporkan Kelian. Jadi Leluhur menerima adanya Keiklasan, bukan nyumbang besar tidak iklas. Sebab Beliau ke Bali diundang, Contoh Ijin Pelinggih ditanyakan AA. Rai Dalem GM GWK ini agak lucu? Leluhur suru minta ijin lagi, Padahal yang ngundang GWK, sampai sekarang belum ganti nama, belakangan ada yang ngukur, sejak awal diberi, Bila Ruko diteruskan Pembangunannya entah kapan, Pelinggih tidak kena karena diluar Garis Ruko terdahulu, dan sebelah Rurung Agung yang oleh Kelian dikatakan tidak baik Pura dekat jalan ke Seme, Justru Pretima DURGA dulu melinggih di GWK, Dulu Masuk Pura justru lewat Rurung Agung karena Jalan depan masuk Ruko ditutup Bambu tidak boleh dilewati karena tanah dalam masalah, Tapi berhubung Pura Majapahit akhirnya Bambu dibuka, yang nutup ikut tangkil ke Pura, Kelian sekarang Pernah Demo minta Jalan Rurung Agung kepada GWK [masuk TV], akhirnya pihak GWK memberi jalan, Lalu setelah AA. Rai [pihak GWK] damai dengan Kelian, lalu kerja sama mau menggusur Pura Majapahit, apa hasilnya? Kini Rurung Agung ditutup masyarakat dengan BATU, karena mengobok-ngobok Prabu Airlangga yang di Patungkan GWK, Masak Airlangga menggusur Airlangga coba anda pikir? Dulu Ruko Gedong Pratima ada Pelinggihnya, digusur dibuatkan tempat diareal barat  Ruko itu yaitu Pelinggih Penari, Kemudian dibangun Ruko Lalu Prabu Airlangga yang menempati Ruko bekas Pelinggih Penari, Juga Dewi Durga dilinggihkan di Ruko menggantikan Ibu Penari. Kini Semua nya Bungkam, baik Kelian maupun AA. Rai Dalem [GWK] itu Rurung Agung di tutup Batu oleh masyarakat Bali yang marah masak Prabu Airlangga Kawitan Orang Bali di Gusur? Coba dibilang jalan juga untuk Pura Majapahit masa tega Orang Bali nutup jalan ke Pura Leluhurnya? inilah Penjelasan agar Masyarakat mengetahui yang sebenarnya, bukan terkecoh Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan dan Kelian yang tidak Abadi Jabatannya/ bisa ganti dan ganti Aturan, seperti GWK ganti Investor Pura-pura tidak tahu bikin masalah pada Niskala, dulu GM lama bahkan menyediakan tempat diruang Kaca diatas untuk Pratima Airlangga tapi ditolak Penyungsung tetap menyatu dengan Leluhur lain termasuk Dewi Durga, yang ketika di pinjam Universitas Mahandradata untuk di upacarai di Kampus terjadi Keraohan masal [saya yang mendokumentasi/motret] bahkan yang kedua kalinya Bali Hujan Banjir [Diberitakan media] jadi ada bukti Niskala kekuatan Leluhur kita yang di Jawa dilarang di Upacarai kerana Adat Arab Dominan di Jawa, lihat Jawa Hancur, harusnya bersyukur Leluhur berada di Bali untuk bisa diupacarai Keturunan di Bali yang tidak di TUMPAS seperti di Jawa, dulu 1965 Orang tidak ke Masjit ditumpas sampai Bayinya dengan cap PKI. Sampai Bung Karno pengikut nya juga di Tumpas, Ajaran Bung Karno Pendiri R.I Penggali Pancasilapun di Larang, untung Bali bebas melestarikan kini ada Sukarno Centre, Sampai Budaya Odalan, Caru, Ngenteg Linggih dll hanya di Bali yang bisa, di jawa tidak ada Orang ngerti napi itu Bebangkit? karena 500 thun ikut adat Arab, sampai Prabu Brawijaya pun masuk Islam, pisah dengan Sabdopalon, disumpahi Sabdopalon bahwa Keturunannya akan susah, dan nyata , Orang jawa tinggal di bawah jembatan di Arab, makan nasi Aking, dilanda bencana Banjir, Lumpur Lapindo, gempa, Tsunami, dll, apa Bali mau ikut jejak Prabu Brawijaya masuk islam/Arab itu Ali Orang Arab ditangkap Densus 88 mendanai Teroris [Berita TV]. juga Bali pernah di Bom 2X mari kita intropeksi diri.Untuk Pura Majapahit ini saya paling tahu, mengikuti sejak awal dan dulu Kantor saya didepan Pura. Dan saya Pengurusnya Pura sekarang. Bahkan waktu pemberian tempat Pelinggih saya ikut menyaksikan karena termasuk saya yang diberi, saksi lain banyak, Awal pemberian Biku Sin Indrajaya [Direktur MGK]Darmawacana 2jam kepada umat dan memberi tempat untuk Pelinggih. kalau disangkal ya anggap Orang Kerauhan yang memberi, Tapi bisa Darmacana tentang Buda, Nyumbang Odalan saya yang nerima uangnya karena saya Bendahara Pura, Bahkan Pura disumbang AC saya yang masang atas nama GWK, Biku Sin Indrajaya bahkan ikut membangun Candi Buda yang dituduh Amplik Model Candi di Jawa. Sebetulnya semua tahu, Direktur Utama GWK yang memberi, ikut Nyumbang Odalan, memberi meja Pratima, ikut Ngatur Tatacara nya., Membantu Air PAM untuk Odalan dan sehari-hari, Disel Listrik sebelum ada sumbangan PLN dari pejabat Jakarta, Ketika ada Pejabat PLN dari Jakarta Tangkil [padahal orang jawa] langsung Bpk. Adnyana Kepala PLN Denpasar ikut Tangkil langsung dapat Listrik PLN, padahal  Investor belum punya Listrik, akhirnya Ruko-ruko depan bisa dinyalakan dan terang benderang tidak kegelapan, ini membuat Orang Kagum Pura Majapahit lebih Hebat dari Investor, Pejabat datang besok listrik menyala,  Memang Investor baru tidak tahu tapi AA. Rai Dalem tahu, dia Orang Lama. Pura-Pura tidak tahu. Tidak berani membela Kawitan padahal ngaku Orang Majapahit. Memalukan, Orang Jawa saja tangkil, melihat gelap pakai lilin langsung memanggil Pejabat PLN setempat langsung Byar menyala tidak Pet gelap, Pura dan Ruko terang benderang. Orang Bali malah tidak membantu [Amplik, Kelian, AA. Rai] bahkan menjabat bukan membela malah menggusur. Lihat Orang jawa umat Pura Majapahit demikian membela, padahal tidak ngerti Banten, kalau datang cukup ngenyit Dupa, tapi membela segi lain seperti Listrik, Kita? malu donk dilihat umat dari Jawa, disana Dilarang kegiatan Pura nya, mereka sampai jauh-jauh ke Bali kalau Tangkil. Mudah-mudahan mereka tidak baca Internet tentang AA. Rai Dalem, Amplik dan Kelian yang tidak mendukung Leluhur nya yang diberi Listrik.. SEMOGA ,kalau tahu mau ditaruh dimana muka kita?
[Penulis: Drs. Komang Artanegara pegawai GWK sejak sebelum Prabu Airlangga tiba/ penduduk Asli Ungasan]

Wednesday, September 9, 2009

SEJARAH PURA IBU MAJAPAHIT BALI

Peletakan batu pertama Hari Siwaratri Buda Cemeng Merakih 17 januari 2007 [tahun baru Imlek 2558] . Tumpek Wayang 24 maret 2007 menanam Prasasti dan simbul Surya Majapahit dipuncak Candi, juga Tombak Kekayon anti Petir. Pada Buda Kliwon Gumbreg Enyitan 23 mei 2008 Upaca ra Karya Memungkah, Ngenteg Linggih dipuput TRISADAKA {pendeta Siwa, pendeta Budha dan pendeta Bujangga} juga dihadiri Frop.DR. Subagiasta mewakili PHDI yang memberikan Darmawacana. Keturunan Majapahit Lintas Agama se Jagatraya.

Untuk pertamakalinya pada 15 juli 2008 up acara Ngalinggihan Dewi Kwan Im Tangan Seribu di gedong / klenteng oleh umat se Jagat. Ngaling gihan ditangani adat China [leluhur ibu dari China] diteruskan Odalan 16 juli 2008 [BudaGumbreg] inilah upacara terbesar dan pertamakalinya sejak 500 tahun keruntuhan Majapahit,di mana kluarga dari China menyaksikan Banten, Caru Majapahit bahkan Kagum dan heran dimana Uang Kepeng China masih digunakan. Juga Melasti [adat cina sama acara ke Nanhai laut selatan] yang ditutup upacara Nyegara Gunung. Juga Kirap ke GWK matur piuning pada Leluhur Airlangga, dii kuti semua keturunan Majapahit se Jagat apapapun Ismenya. Kenapa Dewi Kwan Im / Siwa Parwati Tangan Seribu dilinggihkan di Jimbaran? hal ini disebabkan Pura Majapahit Trowulan tempat Melinggih Beliau ditutup Muspika [skb no1/bern/1969].

Inilah sejarah nyata jadi Pura Ibu Majapahit bukan begitu saja datang ke Bali, tapi diundang para keturunan Majapahit yang suda tidak bisa upacara di Trowulan dikarenakan Trowulan dikuasai segelintir Arab yang bisa mengendalikan MUSPIKA R.I untuk menutup kegiatan Budaya asli jadi kita hanya bisa memaklumi bangsa kita sudah tidak mengenal budayanya sendiri, dan Tanah airnya yang subur makmur, tapi lebih mencintai budaya dan ngara arab.Padahal orang arab turunan jawa banyak yang datang ke Pura Majapahit ber Silaturahmi, tapi imam karyono[sekarang takmir] orang asli jawa malah atas nama islam menyerbu, ngebom, nyeret Mangku yang datang ke Pura Majapahit. ambil contoh Umar Alkatiri dengan keluarganya sering datang ke Pura Majapahit membawa masakan arab: Gulai, jajan, kurma dll. Kiyai Syuhuda Katami Pondok pesantren Moderen sering datang nyumbang tumpeng. Hardjono All Fatah {pesantren Sunan Derajat}juga sering datang nyumbang lukisan. dan banyak Kiyai berjenggot pakai jubah datang mengucapkan keprihatinan ditutupnya Pura Majapahit.

Bahkan Rektor Universitas Darul Ullum Jombang Gus Lukman sering datang Mahasiswa/siswinya Tumpengan {Sekarang Rektornya Gus Dur}. Mbah Gembal {LDII} juga datang mengucapkan prihatin. Pura Majapahit Trowulan adalah tempat Leluhur bukan Agama, jadi siapa manusiapun yang lahir dari Kemaluan manusia berhak datang kirim Tumpeng, sajen odalan dll. Kalau tempat Tuhan/Allah sudah banyak di Mesjit, Greja, Jagatnata dll. Bahkan didepan Pura Majapahit ada Musola kecil tempat tamu islam solat pada jam nya. sehabis sowan Leluhur. jadi penutupan ini aneh, Pura Pancasila dimana tiap agama bisa masuk untuk berdo'a Leluhur dan bisa menyatukan malah dilarang. Tapi maklum lagi adat Arab {islam} dengan Yahudi {kristen} tidak bisa rukun{perang terus}Indonesia yang Pancasila pun harus membela islam. Maklum Penggali Pancasila Bung Karno ditumpas Ajarannya dilarang, jadi kita ikut Adat Arab tidak kenal persatuan. contoh: orang lebih cinta arab negara kering yang hanya punya sumur satu [zam zam] dari pada tanah airnya yang subur makmur banyak air, padi, buah, rumput dll bisa tumbuh atau gemah ripah loh jinawa. Aneh tapi nyata, bukan dongeng. entah mimpi apa negara Pancasila politik bebas aktif menjadi negara arab.