Friday, September 25, 2009

PURA MAJAPAHIT DIJAGA MACAN



Waktu itu Nyejar Pusaka di Puri Anom Tabanan, Hyang Suryo tinggal di Hotel, Lalu pihak Puri Anom memberi Rumah Tenget/Angker/Wingit yang sudah lama tidak ditempati, di Kubon Tingguh, Tempat bekas Kerajaan Majapahit Bali diera Arya Kenceng, AA Ngurah Gede Puri Anyar, Orang Yang dituakan Kerabat Puri Anom  dan di Panggil "Tuwayah"  Yang mengherankan Beliau Menyebut Hyang Suryo malah "Tuwayah juga, Ini membuat Gusti Ngurah Panji Ewuh Pakewuh, Lha Bapaknya Ngurah Panji memanggil Ngurah Gede Tuwayah, Ngurah Gede Mengatakan Hyang Suryo Tuwayah, Lalu ngurah Panji memangil Apa untuk Hyang Suryo? [ 6 genenerasi dibawah Hyang Suryo], mengantarkan ke Rumah tersebut, sesampai Di Rumah yang   Cukup sepi, situasinya Tenang, sebelah dan belakang Rimbun tidak ada bangunan, Depan kosong dan Ada Telabah dan Prajapati/seme yang menambah suasana yang mendirikan Bulu Roma, "Yang, Demen dini, Yen sing Demen, Tiyang ngalihan tongos e Len, di Puri Anyar liu Tongos",  Ngurah Gede membuka kata memecah kesunyian, Belum sempat menjawab Hyang Suryo didatangi Anjing Berbulu Macan Loreng dan Jinak, menjilat-jilat Tangan Hyang Suryo, "Demen-Demen, ne obe Ade Macan Ngawal dini" jawab Hyang Suryo, Singkat cerita Tinggallah Hyang Suryo di rumah itu, Pratima Dewi Kwan Im, Durga Mahisa Nandini, Wisnu dan Pusaka-Pusaka Majapahit segera di Tata di rumah ini, Sebagian di Puri Anom, Karena Banyak nya Pusaka, jadi sebagian di Jejar kan di Rumah, Upacara dirapatkan dengan Penduduk sekitar/Kelian, diputuskan Banten Tiap hari baik giliran, Resi Buruan yang mengatur, Kembali ke Anjing Macan, Awal nya dianggap milik penduduk sekitar, Tapi tiap penduduk yang datang berkata "Buweh! ne Bakte Asu saking Jawe Tu?" ini yang akhirnya ketahuan Anjing ini tidak ada pemiliknya, Penduduk menganggap Bawa Anjing dari Jawa, Lebih mencengangkan lagi, Seorang Mangku berjenggot dan dianggap Orang sakti, Menyembah-nyembah Anjing Macan itu, bahkan diajak berbicara, dan seolah Anjing ini mengerti diajak Dialog, " Asu niki Me 'Ketu"  [Anjing ini Ber Mahkota] kata sang Mangku, hal ini membuat Sang Anjing dihormati dan tiap hari ada saja Gusti yang mengirim makanan, Di Kubon Tingguh ini Sempat Gusti Ngurah Panji mengiring Pratima Dewi Kwan Im yang dianggap Dewi Durga ke Odalan Pura Dalem Mengui, Beliau diundang ikut Odalan. Juga Keris Gajahmada di undang ke Puri Gede Tabanan, dimana Pengelingsir Puri Memeluk dan Memangku Keris tersebut berjam-jam sampai diiring pulang kembali oleh Gusti Ngurah Panji, Gusti Ngurah Anom dll. Juga sempat di Undang Odalan di Pura Dalem Yeh Gangga, Juga di Iring para Sesepuh Puri, Hyang Suryo tidak ikut, tapi menjaga pe Nyejaran di Puri, Ketika Pusaka-Pusaka Pindah GWK, Anjing Macan ini Tewas dan dimakamkan di Prajapati, yang aneh di Gwk pun muncul Anjing Macan juga, ketika Pusaka-Pusaka Pindah Puri Gading, Anjing Macan dan Anjing lainnya Mati di Tembak, Biku Alung sempat menanyakan kenapa kok Anjing saya ditrmbak? dijawab si Penembak "ini atas Perintah Rai Dalem Bos GWK" Anjing-Anjing Pura Majapahit itu Tewas di halaman Ruko depan Pura. [Darah berceceran untuk Caru] Demikianlah Cerita Pura Majapahit dijaga Macan, Pura Dalem Mengui juga di Jaga dua Patung Macan Loreng, juga Pura-Pura di Bali banyak di buatkan Patung Macan Loreng dan diberi Sesaji, Pura Majapahit Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI dijaga Macan Loreng berpisik Anjing karena tidak sempat Bikin Patung Macan, jadi didului Anjing berbulu Macan yang menjaga, bahkan bisa Ngejar Orang dan menggonggong, Sayang Macan GWK Kalah dengan Bedil nya AA Rai Dalem Bos GWK,- Pura Ibu Majapahit Jimbaran, juga Awalnya kedatangan Anjing Berbulu Macan Tapi Perempuan, hari ini 26 September 2009 sedang punya Anak 2 ekor Warna Putih, matanya baru terbuka hari ini, Jadi melahirkan 2 Macan Putih Perempuan karena Pura Ibu,-kebetulan Biokong Pura Pejabat "PERKIN BALI" yaitu Biokang Edi yang sering mengadakan Lomba Anjing, Anak anjing Macan ini mirip Trah Cocow Anjing Kintamani yang dibawa Putri Kang Cing Hwi dari Cina, dan keturunannya jadi Anjing Kintamani, Raja Cow Cow di Cina 550 M adalah Penggemar Anjing, Anjingnya tidak lepas dari Pangkuannya, Bahkan Makan pun Anjingnya disuru duluan, Baru Sang Raja mau makan apa yang dimakan Sang Anjing, Akhirnya Anjing itu disebut Cow Cow dan turunannya ada di Kitamani karena Istri Raja Bali Sri Jayapangus Putri Kang Cing Hwi membawa Anjing dari Cina yang disebut Anjing Kesayangan Raja Cow Cow, Cow Cow digantikan Kaisar WE  523 M yang Uang Cinanya dipasang Berputar di Blog ini, dan ditemukan Untuk Sesari Odalan di Bali, Jadi Bali dan Cina sudah menggalang Keluarga sejak ribuan tahun mangkanya Uang Cina/Krpeng masih disakralkan dan dipakai syarat mutlak untuk Odalan, Ngaben dll, Uang ini banyak ditemukan di Nusantara, bila mrnggali Tanah, Jaman Islam tidak digunakan, bahkan 1965-2000, tulisan Cina dilarang di Indonesia digantikan Tulisan Suci Arab, jadi dijawa Aksara Cina tidak dikenal, lebih dikenal tulisan Arab. Bali tetap menggunakan untungnya, Karena dominasi Arab/Islam masih kurang. Bahkan dalam Penataran P4 Ibu Rodiyah [PPP] dihadapan Lurah, Camat, DPR dan Peserta Penataran dan Juru Tatar mengatakan "Wahyu diturunkan dalam bahasa Arab, jadi Bahasa Arab adalah Bahasa Alloh, kita harus memakai Bahasa Arab" [Penataran di Kebraon Kec. Karang Pilang Surabaya] bahkan Orang menikah sekarang diuji Bahasa Arab nya/harus bisa bahasa Arab [Berita Koran]. ini Nyata, Pura Majapahit Trowulan di tutup Muspika hingga Leluhur Majapahit Nyejer di Bali. Pura Majapahit punya Ahli bahasa Cina Mpu Hongci, Bahasa Arab GRP. Nokoprawiro, Bahasa Bali Gusti Heker juga ahli Bahasa Inggris, dan Pakar-Pakar sesuai bidangnya,-